REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasangan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki menyatakan perolehan sementara suara untuk pasangan nomor lima tersebut merupakan suara rakyat yang menginginkan perubahan. Keduanya meminta untuk seluruh kader, relawan dan masyarakat ikut mengawasi jalannya penghitungan dan rekapitulasi suara Pilgub Jawa Barat 2013 yang saat ini sedang berlangsung.
"Kami berterima kasih kepada seluruh pendukung yang telah memilih, mendukung dengan sukarela dan saya yakin gelombang perubahan di DKI Jakarta telah juga terjadi di Jawa Barat untuk menolak politik transaksional," kata Rieke di Bandung, Senin (25/2).
Satu-satunya calon Gubernur Jawa Barat perempuan itu mengatakan meski minim finansial dan pendeknya sosialisasi namun suara rakyat yang menginginkan perubahan tersebut dapat tercermin dari perolehan suara sementara yang saat ini sedang dihitung oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Karena itu mari kita amankan formulir C-1, amankan formulir C-1 dan amankan formulir C-1 agar dapat menjadi dasar penghitungan suara di tingkat provinsi," ujar Rieke.
Senada dengan Rieke, calon gubernur yang merupakan aktivis antikorupsi, Teten Masduki mengatakan selama melakukan sosialisasi nyaris tanpa biaya karena dalam setiap kunjungannya ke berbagai daerah selalu diterima dengan baik oleh masyarakat.
"Ketika saya datang semuanya sudah dipersiapkan oleh mereka dan kami tidak pernah membeli suara mereka. Kami juga bersyukur masyarakat sudah dapat menerima model kampanye yang berbeda yaitu mengungkapkan fakta negatif tapi kritis yang bukan kampanye hitam," papar Teten.
Namun, duet Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki dinyatakan "kalah" oleh hasil hitung cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei hanya dalam satu putaran. Sebaliknya hasil "real count" PDI Perjuangan menyatakan keunggulan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar tidak mencapai 30 persen sehingga kemungkinan besar Pilgub Jawa Barat 2013 akan berlangsung dua putaran.