REPUBLIKA.CO.ID,Impian MSP Entertainment membawa pergelaran seni dalam bentuk drama sinema ke kancah internasional segera terwujud. Melalui pergelaran bertajuk “Hanoman The Ultimate Warrior”, MSP akan menggelar pertunjukan di lima kota di Amerika Serikat.
Mulai dari Anaheim, Houston, Florida, Tampa, dan San Jose. Tak sampai situ, setelahnya Hanoman akan melanjutkan aksinya ke sejumlah negara di Eropa dan Australia.
Demi memuluskan rencana tersebut, di bawah arahan sutradara Mirwan Suwarso, “Hanoman The Ultimate Warrior” memboyong sejumlah pemain Broadway kelas dunia. Sederet aktor dan aktris impor tersebut memerankan sejumlah tokoh penting dalam Hanoman.
Karakter Batara Indra diperankan aktor Broadway, Sydney J Harcourt, Batara Surya diperankan rocker Inggris, Max Morgan, Batara Bayu ditampilkan oleh veteran Broadway, Brian Justin Crumb, dan Batara Guru yang diperankan Daniel Torres. Hasilnya, “Hanoman The Ultimate Warrior” menjadi sajian unik. Para aktor internasional tersebut tampil lengkap dengan kostum tradisional Jawa dan memainkan peran mereka dengan bahasa Inggris.
Penonton yang memadati Tennis In Door Senayan pada 23 Februari kontan tersanjung dengan aksi para bule tersebut memainkan wayang orang khas Indonesia. Penonton semakin dibuat kagum kala Laura Vall, vokalis asal Spanyol, memerankan Dewi Anjani. Ia tampil menyanyikan sejumlah lagu dalam bahasa Indonesia dengan begitu fasih.
Meski sejumlah pemain impor ini terlihat sedikit kaku melakoni adegan dalam pertunjukan, antusiasme terlihat jelas dalam memerankan setiap tokoh. “Saya tidak tahu sama sekali soal Indonesia sebelumnya. Tapi, kisah ini menjadi menarik dan sekaligus jadi tantangan baru buat saya,” ujar Sidney J Harcourt saat jumpa pers seusai pementasan.
Usaha Mirwan dan kawan-kawan menghadirkan pertunjukan yang diangkat dari kisah pewayangan patut diacungi jempol. Sayang, masih terdapat kekurangan dalam pertunjukan berdurasi 1,5 jam itu. Banyaknya paduan format pertunjukan, seperti film yang dipadu wayang orang, wayang kulit, serta sejumlah efek visual, membuat pertunjukan terasa kurang fokus. Aksi para pemeran dengan tiga bahasa, mulai dari Inggris, Indonesia, dan Jawa, membuat penonton sedikit sulit memahami jalan cerita.
Porsi layar yang terlalu menjorok ke dalam juga membuat penonton yang memenuhi kanan dan kiri panggung kesulitan melihat dengan jelas apa yang ditampilkan di layar tengah panggung. Menurut Mirwan, untuk pertunjukan di Amerika dan sejumlah negara Eropa, ia akan menggunakan bahasa Inggris dalam dialog-dialognya.
Hal ini, kata dia, dilakukan agar penonton di luar dapat memahami jalannya cerita. Namun, untuk sejumlah lagu berbahasa Indonesia dan Jawa, akan dibawakan tetap dengan dua bahasa tersebut.
Aksi Voland Hanggono sebagai Hanoman sukses menjadi bintang dalam pertunjukan malam itu. Selama memerankan Hanoman, Voland mampu menjaga stamina. Meski sepanjang peran ia harus terus bergerak layaknya seekor monyet yang jahil dan lincah. Menurut Voland yang ternyata telah beberapa kali bekerja sama dengan Mirwan Suwarso, menjaga napas adalah tugas berat yang harus ia lakukan sepanjang pertunjukan. “Ngatur napas yang paling susah karena untuk menjadi Hanoman, ya harus banyak bergerak,” ujar Voland.
Baik Voland maupun Mirwan, berharap, “Hanoman The Ultimate Warrior” dapat menarik kembali minat generasi muda untuk lebih mengenal tokoh yang berakar dari budaya bangsa. Lebih jauh lagi, mereka berharap, Hanoman dapat menjadi jembatan mengenalkan kekayaan budaya bangsa ke dunia internasional.