REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Hingga Kamis (28/2) sore ini, sekumpulan pria fenimim yang tergabung dalam Ikatan Waria Yogyakarta (Iwayo), masih merasa khawatir untuk beraktifitas. Sebab, terbunuhnya rekan mereka, Mita alias Eko Slamet Putranto (33 tahun), Sabtu (16/2), belum juga mendapat perhatian kepolisian.
Tak seperti biasa, Santi Ratri memberanikan diri mendatangi kantor Polda DIY, Kamis (28/2). Meskipun masih terbersit perasaan takut lantaran masih berkeliarannya pembunuh Mita.
Santi hadir bersama organisasi masyarakta People Like Us (PLU) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Mereka mencoba memastikan perkembangan proses hukum pembunuhan Mita.
Karena, dia menilai, belum terdengar kabar adanya kelanjutan kasus tersebut. "Polisi harus segera menangkap pelaku dan melakukan pengungkapan secara transparan," kata Santi, Kamis.
Sebelumnya, Mita warga Klaten ditemukan tewas dengan luka sobek di kedua telinga dan dahinya. Korban tergeletak pada sebuah selokan dalam keadaan setengah telanjang.
Pembunuhan ini menimbulkan tanda tanya besar bagi para waria. Terutama mereka yang dianggap sebagai pekerja seks.
Namun kepolisian menyatakan, penyelidikan kasus itu sulit diungkap. Karena tidak banyak saksi yang dapat dimintai keterangan.
"Polres Sleman masih terus menyelidiki kasus ini. Karena itu, Iwayo juga harus membantu dalam mau memberikan kesaksian," ujar Kabid Humas Polda DIY, AKBP Anny Pudjiastuti.
Sejauh ini, Polisi memang sudah memanggil beberapa saksi. Di antaranya, dua orang waria dan seorang lagi yang dianggap sebagai pacar korban.