REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD---Serangan-serangan bom masih terus mengguncang Baghdad dan sekitarnya. Beberapa ledakan diakibatkan bom mobil di dekat sebuah lapangan sepak-bola, menewaskan sedikitnya 15 orang dan mencederai lebih dari 50 pada Kamis (28/2), kata beberapa pejabat keamanan dan medis.
Dengan kekerasan terakhir itu, lebih dari 200 orang tewas dan 550 cedera dalam serangan-serangan pada Februari. Laporan itu ditulis AFP berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan, sebuah bom mobil meledak di dekat lapangan sepak-bola di daerah Shuala, Baghdad, yang disusul kemudian oleh ledakan kedua setelah pasukan keamanan tiba di lokasi ledakan pertama.
Polisi dan seorang pejabat medis mengatakan, sedikitnya 11 orang tewas dan 30 cedera dalam ledakan-ledakan itu.
Sementara di Mahmudiyah, sebelah selatan Baghdad, seorang militan meledakkan granat tangan ketika warga berusaha menangkapnya. Kemudian lima bom meledak di tempat berdekatan, menewaskan sedikitnya dua orang dan mencederai tujuh lain, kata sejumlah pejabat keamanan dan medis.
Dua bom pinggir jalan juga meledak di daerah Shurta al-Rabea, Baghdad selatan, menewaskan satu orang dan mencederai tujuh lain. Sementara, ledakan bom mobil di Aziziyah, sebelah tenggara Baghdad, menewaskan satu orang dan mencederai 17 lain, kata para pejabat.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan itu, namun gerilyawan sering melancarkan serangan-serangan semacam itu dalam upaya menggoyahkan pemerintah dan mendorong kembalinya kekerasan sektarian seperti pada 2005-2008.
Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pengeboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menuntaskan penarikan pasukan negara itu pada 18 Desember 2011. Kepergian militer AS meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.