REPUBLIKA.CO.ID, YAMOUSSOUKRO -- Para pemimpin negara-negara kawasan Afrika Barat bertemu bersama untuk membentuk pasukan gabungan penjaga perdamaian konflik Mali di bawah komando PBB, Kamis (28/2).
Pertemuan yang berlangsung di pusat kota Yamoussoukro, Pantai Gading itu, berlangsung multilateral antara negara Afrika Barat dalam blok ECOWAS. Kelompok ini dipertemukan dengan perwakilan Prancis, Amerika Serikat, dan Mali untuk menerima mandat resmi sebagai pasukan perdamaian.
“Seharusnya pergantian mandat ini tidak mengubah operasi di lapangan. Perdamaian di Mali kini harus ditegakkan dengan bantuan logistik serta finansial dari PBB,” terang Presiden Komisi ECOWAS, Kadre Desire Ouedraogo, pada Reuters.
Dia menyadari kini saatnya keamanan perbatasan Mali dengan negara-negara Afrika Barat harus berada dalam pengawasan mereka sendiri. Lantaran mereka telah banyak bergantung pada negara lain. Seperti Prancis yang telah menurunkan sekitar 4000 pasukan. Sebelumnya dua pertiga pasukan khusus PBB untuk Afrika (AFISMA) juga telah diterjunkan ke Mali.
Pihak Prancis per Maret ini juga perlahan menarik pasukannya jika grup ECOWAS sudah siap. Para negara pendonor sudah mengucurkan dana sekitar 455 juta dollar AS untuk penanganan konflik Mali. Dana itu diserahkan dalam pertemuan di Addis Ababa bulan lalu. Jumlah tersebut masih separuh dari total program ECOWAS senilai 1 miliar dollar AS untuk tahun ini.
Supaya operasi tetap berjalan, ECOWAS pun disorong bertransforamsi menjadi pasukan perdamaian untuk mendapat sokongan operasional dari PBB. Dewan Keamanan PBB secara langsung meminta Sekjen PBB Ban Ki-moon agar memastikan persetujuannya atas rencana tadi hingga akhir Maret ini.