Jumat 01 Mar 2013 16:27 WIB

BI: Inflasi Februari Sesuai Proyeksi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Bank Indonesia
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Februari sebesar 0,75 persen. Ini merupakan angka inflasi yang tertinggi di bulan Februari selama 10 tahun terakhir.

Kepala Biro Riset Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Juda Agung, mengatakan inflasi bulanan kali ini sesuai dengan proyeksi BI. Sebelumnya, BI memproyeksikan inflasi bulanan Februari 0,7 persen. "Selain karena banjir, inflasi bukan ini juga terkait dengan kebijakan impor 13 komoditas," kata Juda dijumpai di Jakarta, Jumat (1/3).

Ketiga belas komoditas itu di antaranya bawang putih, wortel, dan kentang. Bobotnya di keranjang inflasi sekitar 1,4 persen dan belum terlalu besar.

Juda mengatakan inflasi Februari ini sifatnya temporer. Kebijakan ini, kata Juda, diberlakukan karena pasokan 13 komoditas tersebut di dalam negeri masih cukup. Namun, pemerintah masih perlu mengantisipasi jika terjadi kekurangan produksi di dalam negeri. Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan perlu melihat jika terjadi efek kejut (shock) yang memerlukan evaluasi secara regular.

Ekspor Indonesia juga sudah mulai membaik. Defisit transaksi berjalan di kuartal pertama 2013 akan membaik. Kuncinya, kata Juda, data ekspor Januari 2013 ke Cina sudah positif, sekitar 10 persen. Berikutnya ke Amerika Serikat 12 persen, dan India 16 persen. "Ekspor membaik, impor sedikit mengalami penurunan. Sehingga, transaksi berjalan di kuartal I 2013 akan lebih baik," kata Juda.

Ekonom Bank Danamon Indonesia, Dian Ayu Yustina, mengatakan tekanan dari beberapa harga bahan makanan, terutama beras, cabai, telur, dan bawang masih ada. "Faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap inflasi Februari ini adalah kenaikan tarif tenaga listrik (TTL)," katanya.

Dian menuturkan peningkatan ekspor yang sudah terjadi sejak bulan lalu diharapkan tetap bertahan. Ekspor minyak sawit mentah (CPO), karet, dan timah tercatat meningkat signifikan enam hingga tujuh persen month to month.

Tanda-tanda pemulihan permintaan terus bermunculan, terutama dari Cina dan AS. Indikator ekonomi kedua negara itu menunjukkan beberapa perbaikan yang akan terus berlanjut tahun ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement