REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional dan Hari Ulang Tahun ke-67 PWI Provinsi Bali 2013, PWI Cabang Bali menggelar diskusi publik. Talk show bertemakan "Independensi Media Dalam Pemilu".
Empat pembicara tampil dalam acara itu, yakni Komang Suarsana (KPI Bali), Wisnu Murti (mantan ketua KPU Bali), mantan wartawan Raka Santeri dan utusan KPU Bali Udi Prayudi.
Ikut serta dalam acara itu pemilik grup Bali Post Satria Naradha dan sejumlah pengelola media di Bali. Hadir pula para pelajar, wartawan, dan pengamat media di Bali.
Suarsana mengatakan, dari catatan yang dibuat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Bali, ada kecenderungan media massa memihak salah satu calon. Hal itu sebutnya terlihat dari acara-acara yang ditayangkan di televisi bersangkutan.
Tapi kata Kos, KPI belum bisa menindak atau mengkatagorikan, apakah tayangan TV itu pelanggaran. Karena orang-orang yang ditayangkan belum ditetapkan KPU sebagai pasangan calon dalam pilkada.
"Kan baru bersifat pribadi-pribadi, belum pasangan calon," katanya.
Sejumlah penanya dalam acara itu, mempertanyakan independensi media dalam pilkada Bali. Mereka meminta agar media massa di Bali bersikap netral dan bisa membedakan, mana berita dan berita iklan.
"Setiap media pasti bersikap independen, namun juga punya misi yang diperjuangkan dan di Bali adalah melestarikan budaya Bali," kata Satria Naradha.
Sementara itu Raka Santeri mengatakan, semua pihak setuju dan punya cita-cita yang sama dalam pelestarian budaya Bali. Hanya saja sebut Raka, dalam pendekatan dan aksinya yang berbeda-beda