REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA--Militer Sri Lanka disebut telah melakukan kejahatan perang dalam beberapa bulan terakhir perang sipil yang berlangsung selama 26 tahun. Situasi itu tergambar dalam film dokumenter yang ditayangkan pertama kali pada Jumat (1/3) di tengah protes keras dari Colombo.
Menggunakan video grafis dan potret-potret yang diambail baik dari sisi pemberontak Macan Tamil yang dipukul mundur, warga sipil hingga tentara Sri Lanka yang berhasil memenangkan perang tersebut, "No Fire Zone - The Killing Field of Sri Lanka" menghadirkan penggambarkan membangkitkan bulu roma mengenai 138 hari terakhir dari konflik yang berujung pada Mei 2009 tersebut.
Sang pembuat film, Callum Macrae, bersikeras, sebelum memutar film tersebut di markas besar PBB di Genewa bahwa narasi yang ia besut harus dianggap sebagai 'bukti' mengenai kejahatan peran dan kriminal terhadap kemanusiaan yang sengaja dilakukan oleh pemerintah dan tentara.
"Kebenaran sesungguhnya akan keluar," ujarnya.
Dalam film itu digambarkan tentara pemerintah dengan kejam mengeksekusi putra pimpinan Separatis Velupillai Prabhakran pada 2009 yang masih berusia 12 tahun.
Menanggapi itu, President Mahinda Rajapakse membantah tegas. "Bila itu memang terjadi, saya pasti akan tahu. Kentera sekali bila seseorang (dari pasukan bersenjata) telah melakukan itu. Saya pasti akan bertanggung jawab. Kami sepenuhnya menepis tudingan tersebut," ujar presiden kepada harian India, The Hindu.