Ahad 03 Mar 2013 06:00 WIB

Lahirnya 'Pele Putih'

Rep: Umi Lailatul/ Red: Didi Purwadi
Pesepakbola legendaris Brasil, Zico, saat menggiring bola.
Foto: 4dfoot.com
Pesepakbola legendaris Brasil, Zico, saat menggiring bola.

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Kehebatan Flamengo di kancah sepak bola Brasil hingga dunia tidak terlepas dari peran gelandang serang Arthur Antunes Coimbra atau akrab disapa Zico. Hari ini, 60 tahun yang lalu atau tepatnya 3 Maret 1953, playmaker asal Brasil itu dilahirkan di Rio de Janeiro.

Kariernya sebagai pesepak bola profesional dimulai saat berkostum di kesebelasan asal kota kelahirannya Flamengo pada 1971. Pada debutnya di Flamengo, ia telah mencetak dua gol dalam 17 penampilan.

Peformanya kian menanjak di musim-musim selanjutnya. Zico pun berhasil membantu mengantarkan Big Mengao meraih masa kejayaan dengan raihan berbagai gelar bergengsi. Gelar-gelar itu diantaranya tujuh trofi Rio State Championship, empat trofi Brazilian Championship, Copa Libertadores 1981, World Championship 1981, dan J.League Suntory Series 1993.

Bersama Big Mengao, Zico menjelma menjadi finishers paling terampil serta gelandang terbaik dunia di era 1970-1980an. Ia juga menjadi playmaker spesialis tendangan bebas serta mampu menendang bola dari segala arah. Karena kehebatan itulah, ia mendapat julukan ''Pele Putih''.

Tak hanya mahir di barisan tengah, ia juga termasuk produktif mencetak gol. Ia telah mencetak 401 gol dalam 580 penampilan bersama Flamengo.

Berkat peformanya yang ciamik, tim nasional (timnas) Brasil mulai meliriknya pada 1976. Peformanya tak kalah hebat selama bermain bersama skuad Samba.

Zico tercatat telah mencetak 52 gol dalam 72 penampilan bersama Tim Samba. Sayangnya, ia belum pernah mengantarkan Brasil meraih trofi juara Piala Dunia. Selama bermain bersama Brasil, 'Pele Putih' hanya berhasil membantu Brasil meraih tempat ketiga Piala Dunia 1978 dan masuk perempat final Piala Dunia 1986.

Hal inilah yang membedakannya dengan Pele asli yang dapat mengantarkan Brasil meraih tiga kali gelar juara Piala Dunia (1958, 1962, 1970). Seusai tiga kali memperkuat Brasil di Piala Dunia tanpa hasil, ia memutuskan untuk mundur dan konsentrasi pada klub lamanya Flamengo.

Selang 11 tahun kemudian atau tepatnya 1999, ia memutuskan untuk gantung sepatu sebagai pemain dan banting setir menjadi pelatih klub Kashima Antlers.

Tiga tahun kemudian, ia ditunjuk sebagai juru taktik timnas Jepang. Ia sukses mengantarkan Negeri Sakura meraih gelar juara Asian Cup 2004.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement