REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malaysia dijadwalkan menggelar pemilu paling pada April 2013. Posisi Perdana Menteri (PM) Datuk Seri Najib Tun Razak diprediksi bakal mendapat tantangan sengit dari tokoh oposisi Anwar Ibrahim.
JAKARTA -- Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto, menyebut hajatan pemilu Malaysia tahun ini bakal sangat ketat. Meski Najib Razak relatif populer, tetapi secara umum kinerja pemerintahannya juga tak dianggap sukses.
Faktor Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO) dan Barisan Nasional yang memimpin Malaysia sejak meraih kemerdekaan dari Inggris 1957 membuat masyarakat membutuhkan perubahan.
"Dia dianggap status quo yang tak lagi pro perubahan, terutama program meredam korupsi dan meningkatkan daya saing ekonomi,” kata Gun Gun di Jakarta, akhir pekan kemarin.
Di sisi lain, kata Gun Gun, aliansi multietnis yang dipimpin Anwar Ibrahim terus mendapatkan tempat di sebagian masyarakat Malaysia. Dalam konstelasi tersebut, Pemilu 2013 akan menjadi pemilihan paling menentukan di negeri jiran itu.
Pendapat berbeda dilontarkan pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Saleh Partaonan Daulay. Dia yakin, incumbent tetap menjadi dan penguasa di Malaysia tak akan berubah.
“Saya kira, UMNO masih memimpin perolehan suara. Posisi Najib Tun Razak, masih cukup aman dan kuat,” kata Saleh.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu mengingatkan, UMNO tidak boleh menganggap remeh dengan isu yang diangkat Anwar Ibrahim. Pasalnya, mantan wakil perdana menteri Malaysia itu sudah mendapat simpati dan perjuangannya bisa mempengaruhi pemilih.