REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu galau lantaran perkembangan program nuklir Teheran kian dekat meloncati "garis merah" yang krusial.
Berbicara via jaringan satelit dari Yerusalem kepada sebuah lobi pro Israel di Ameirka Serikat (AS), Netanyahu melontarkan ketidaksabarannya atas kebijakan negara-negara besar dalam menggunakan sanksi untuk menekan ambisi nuklir Iran.
Komentar Netanyahu ini mengisyaratkan hasrat Israel untuk mengancam Iran dengan serangan militer, di tengah perundingan antara para juru runding negara-negara besar (P5+1) dengan Iran mengenai program nuklir Teheran.
"Iran memperkaya semakin banyak uranium. Kita harus menghentikan program pengayaan nuklir Iran itu sebelum terlambat," kata Netanyahu kepada American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), kelompok lobi pro Israel utama di Amerika Serikat.
Dia menuduh Iran tengah mengulur waktu dengan terus berunding dengan P5+1, termasuk AS. "Harus ada ancaman militer yang jelas dan kredibel jika diplomasi dan sanksi gagal, " ujar Netanyahu.
Namun, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan negosiasi P5+1 dengan Iran tak bisa menjadi instrumen untuk mengulur waktu sehingga membuat situasi lebih berbahaya seperti yang dikhawatirkan Israel.