REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kelompok bersenjata dari Suriah melancarkan serangan di Irak barat pada Senin, menewaskan 48 tentara Suriah tidak bersenjata, yang dipindahkan ke perbatasan itu, dan sembilan pengawal Irak, kata kementerian pertahanan.
Serangan di Provinsi Anbar itu, sehari setelah kelompok penting oposisi menuduh Irak melakukan campur tangan di Suriah, mengancam mengacaukan Baghdad dalam perang saudara di tetangganya, yang negara itu berusaha keras hindari.
"Konfirmasi ini mencemaskan kami tentang usaha untuk memindahkan konflik itu ke Irak, tetapi kami akan menghadapi usaha-usaha ini dengan semua pihak dan dengan segala kekuatan kami," kata Ali Mussawi, juru bicara Perdana Menteri Nuri al-Maliki tentang serangan itu.
Kementerian pertahanan dalam satu pernyataan langsung mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh "satu kelompok teroris yang menyusup ke dalam wilayah Irak dari Suriah," dan menyebut jumlah korban tewas 48 tentara Suriah dan sembilan pengawal Irak.
Pernyataan itu mengatakan sejumlah tentara Suriah yang tidak bersenjata cedera dalam perang itu lari ke Irak untuk menjalani pengobatan dokter dan dikirim ke pelintasan perbatasan Al-Walid untuk pulang ke Suriah melalui "saluran-saluran resmi."
Tetapi mereka diserang dalam perjalanan, dalam apa yang disebut kementerian itu "satu serangan terhadap kedaulatan Irak, daerahnya, dan martabatnya, dan jelas satu pelanggaran hak asasi manusia, karena (serdadu-serdadu itu) cedera dan tidak bersenjata."
Kementerian itu juga mengeluarkan satu peringatan kepada semua pihak dalam konflik di Suriah, di mana pasukan Presiden Bashar al-Assad terlibat perang saudara berdarah dan berkepanjangan dengan pemberontak,"tidak memindahkan konflik bersenjata mereka ke daerah Irak dan melanggar perbatasan Irak."
Pengamat politik Hamid Fadhel mengatakan serangan itu adalah "satu pesan jelas kepada semua warga Irak bahwa apa yang terjadi di Suriah sekarang secara efektif dapat menjalar ke Irak."
Penduduk Sunni Provinsi Anbar memiliko hubungan suku yang dekat, keluarga dan perdagangan dengan Suriah timur, provinsi yang memiliki perbatasan panjang.
Pernah menjadi pangkalan kelompok garis keras Sunni, Anbar juga memiliki afiliasi agama dengan pemberontak Sunni dalam perang di Suriah terhadap pemerintah Bashar.
Daerah-daerah barat dan utara Irak dekat perbatasan dengan Suriah memiliki mayoritas Sunni dan mereka mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang memerangi pemerintah Bashar," kata Fadhel.