REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lambannya Majelis Tinggi Partai Demokrat memutuskan pelaksanaan kongres luar biasa (KLB) merupakan cermin ketakutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY takut KLB tidak bisa menjadi jalan untuk memuluskan agenda-agenda politiknya di internal Demokrat.
"Dugaan saya ada pihak yang khawatir kalah. Dalam hal ini Cikeas," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari ketika dihubungi Republika, Selasa (5/3).
Ia menambahkan, tidak ada alasan bagi majelis ringgi menunda KLB. Karena, forum itu merupakan solusi atas persoalan yang dialami Demokrat saat ini.
Sebagai contoh, terkait kebutuhan formal Demokrat membubuhkan tanda tangan dalam penyerahan daftar caleg sementara (DCS) untuk pemilu mendatang. Atau kepentingan internal membangun konsolidasi yang mantap dengan memilih ketua umum yang bersifat tetap.
"Tak ada alasan KLB ditunda," ujarnya.
Qodari melihat tengah terjadi pertarungan kepentingan antara kelompok Cikeas dengan loyalis Anas Urbaningrum. Cikeas yang menguasai majelis tinggi merasa tidak memiliki pengaruh kuat di daerah.
Padahal suara daerah sangat menentukan kemenangan masing-masing kubu di KLB. "Kekuatan loyalis Anas masih banyak," katanya.
Menurut Qodari, kendati Anas tak lagi menjadi ketua umum, namun tetap bisa menggunakan pengaruhnya. Setidaknya, untuk mengarahkan suara ke salah satu kandidat.
Ini yang dinilainya membuat Cikeas khawatir. Yaitu, kasus terpilihnya Anas sebagai ketua umum di 2010 bakal kembali terulang.
"Cikeas sebetulnya kebingungan," tambah dia.