Rabu 06 Mar 2013 14:00 WIB

Pola Konsumsi Kelas Menengah Indonesia Berubah

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Belanja
Belanja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terjadi perubahan pola konsumsi kelas menengah di Indonesia. Hasil riset The Boston Consulting Group (BCG) menunjukkan gelombang konsumen baru kelas menengah ke atas atau Middle and Affluent Consumer (MAC) akan tumbuh dalam jumlah dan daya beli.

"Tren konsumsi bergerak dari produk untuk memenuhi kebutuhan dasar ke produk yang menawarkan kenyamanan  yang lebih besar," ujar Partner & Manager Director, BCG Singapore Vaishali Rastogi di Hotel Four Season, Rabu (6/3).

Perubahan ini didukung oleh kesadaran finansial oleh MAC. Kaum MAC merupakan generasi yang optimis memiliki kehidupan lebih baik daripada generasi sebelumnya. Tujuan ini menjadi titik penting dalam keputusan konsumsi suatu produk. Mereka kritis memilih produk unggulan, berdaya tahan tinggi dan fungsional. Produk tersebut juga harus bisa memenuhi kebutuhan keluarga, daripada kepentingan pribadi.

Pola belanja seperti ini terjadi merata hampir di seluruh Indonesia. Riset ini mencakup indikator demografi di tujuh pulau, 33 provinsi 99 kota dan 393 kabupaten. Di pulau Jawa sendiri nantinya akan memiliki jumlah kelas menengah lebih banyak dibandingkan dengan seluruh produk Thailand. Jumlah MAC di Indonesia  diproyeksikan meningkat dua kali lipat antara tahun 2012 dan 2020, dari 74 juta jiwa menjadi 141 juta jiwa.

Keputusan belanja kaum MAC tidak lagi didominasi iklan semata. Keluarga dan lingkungan sosial menjadi dorongan kuat untuk konsumen melakukan pembelian. MAC pun termasuk rajin melakukan perbandingan produk dengan menggunakan berbagai media termasuk internet. "Mereka mencari penawaran terbaik dari produk unggulan," ujar Partner dan Managing Director BCG Singapore, Dean Tong pada seminar Asia's Next Big Opportunity, Selasa (6/3).

Sebanyak 63 persen responden mengatakan mereka tidak menghabiskan uang untuk kebutuhan sendiri sebelum kebutuhan keluarga terpenuhi. Dibandingkan di Cina, hanya 46 persen konsumen yang memiliki perilaku seperti ini. Lalu saat memasuki segmen kelas menengah keatas, konsumenn rela mengeluarkan uang yang anggap lebih bernilai.Termasuk dalam kategori ini yaitu pendidikan, renovasi rumah, barang-barang yang tahan lama dan perawatan.

Manfaat fungsional dari sebuah produk juga menjadi salah satu pertimbangan utama. Misalnya, konsumen akhirnya membeli DVD player dan flat screen TV untuk menghemat uang pergi ke bioskop. Termasuk dalam hal ini, membangun rumah juga dipandang sebagai investasi jangka panjang.

Riset melibatkan 4000 responden dengan melihat pola belanja setiap orang. Responden berpenghasilan mulai di bawah Rp 1 juta (miskin) hingga lebih dari Rp 7,5 juta  (elit). Saat ini Indonesia memiliki 12 kota dengan lebih dari 1 juta MAC. Pada tahun 2012, jumlah populasi berlipat ganda menjadi 22 kota dengan lebih dari 1 juta orang. Kaum ini menyebar di kota besar seperti Palembang, Makassar, Batam, Semarang, Pekanbaru dan Padang. 

Penyebaran ini berguna untuk perusahaan yang menargetkan populasi kelas menengah atas. Hal ini terutama bagi perusahaan yang telah menjangkau 50 persen dari basis kelas menengah atas. Perusahaan jenis ini harus mengatur kekuatan penjualan dan jaringan rantai pasokan jika ingin mempertahankan tingkat jangkauan yang sama. . "Mereka harus mendistribusikan barang untuk memenuhi permintaan di kota-kota kecil yang mungkin tidak menjadi perhatian sebelumnya," ungkap Presiden Direktur BCG Indonesia, Eddy Tamboto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement