REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan harga jual Bank Mutiara yang merupakan eks Bank Century dengan harga Rp 6,7 triliun dianggap lebih bersifat politis. Keputusan itu dianggap tak berdasarkan perhitungan keuangan yang tepat.
"Kasus Century akan terus dimanfaatkan dari segi politis. Tidak realistis secara finansial menurut saya bagi negara untuk mendapatkan Rp 6,7 triliun dari penjualan Bank Mutiara," kata dia analis keuangan Lin Che Wei di Jakarta, Rabu (6/3).
Lin menjelaskan, ada empat hambatan penjualan Bank Mutiara. Pertama, investor menginginkan investasi yang tidak bermasalah. Sedangkan Bank Mutiara masih bermasalah karena dipolitisasi.
Kedua franchise value dari Century tidak secemerlang dari bank-bank lainnya. Ketiga lingkungan ekonomi makro Indonesia saat ini yang tidak kondusif.
Terakhir, tambah dia, penjualan Bank Mutiara selalu dihubungkan dengan ranah politik. "Dari empat hambatan itu mengharapkan bail out Rp 6,7 triliun, itu imposible," tuturnya.
Karena itu, lanjut dia, penawaran penjualan Bank Mutiara harusnya dibuka seluas-luasnya.
Kasus Century kembali menghangat usai timwas DPR meminta keterangan Anas Urbaningrum. Mantan ketua umum Partai Demokrat itu diduga memiliki informasi baru terkait aliran dana Century.
Tidak hanya memeriksa Anas, timwas juga berencana akan memanggil Mendag Gita Wirjawan terkait perusahaannya, Ancora. Perusahaan itu ditengarai terkait dengan aliran dana Century.