REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Uni Eropa (UE) dan Thailand pada Rabu (6/3) mengumumkan peluncuran pembicaraan mengenai Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA). UE dan Thailand berusaha untuk meningkatkan perdagangan tahunan yang sudah bernilai sekitar 30 miliar euro atau sekitar 39 miliar dolar AS.
"Kami senang hari ini mengumumkan peluncuran negosiasi perdagangan bebas antara Uni Eropa dan Thailand," Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan pada sebuah konferensi pers yang diadakan bersama dengan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra di Brussel.
Yingluck, yang telah dipuji untuk upaya perdamaian dengan gerilyawan Muslim setelah pertemuan berikutnya dengan Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy, mengatakan bahwa Thailand mengharapkan untuk kesimpulan cepat terhadap FTA.
Upaya terbaru untuk kesepakatan perdagangan bilateral, diluncurkan saat para pemimpin Uni Eropa mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan ke Jepang guna memulai negosiasi serupa di sana. Brussel juga berharap untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut terhadap kesepakatan ke arah persetujuan lebih besar yang dibuat dengan Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia, selama KTT Uni Eropa pekan depan.
Korea Selatan sudah memiliki FTA dan sedang berjalan dengan Uni Eropa, sedang berusaha untuk melakukan kesepakatan dengan Singapura juga. Thailand merupakan titik masuk strategis untuk Asia Tenggara, karena Brussel akhirnya menargetkan kerja sama yang lebih luas dengan semua negara di kawasan itu.
"Thailand adalah pemain utama di ASEAN," kata Barroso mengacu pada Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Dia menambahkan bahwa Uni Eropa menginginkan integrasi Asia Tenggara berhasil untuk stabilitas yang lebih luas.
Barroso memberikan sertifikat kepada Yingluck, wanita pertama yang memimpin pemerintahan Thailand, mengakui beras Thailand dilindungi oleh indikator geografis Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) -- yang pertama untuk produk-produk dari Asia Tenggara. Uni Eropa menyumbang 10 persen dari perdagangan eksternal Thailand dan setiap tahunnya sekitar 5,5 juta orang Eropa mengunjungi negara itu.
"Kami berharap untuk memperluas kerja sama di bidang lain," kata Perdana Menteri Yingluck.