REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum PBNU, KH Hasyim Muzadi mendesak agar penyelenggara negara untuk bersikap adil dalam menyikapi bahasa ekstrem kanan dan ekstrem kiri.
"Saat ini tidaklah seimbang,'' ujar Kiai Hasyim dalam siaran persnya menanggapi kian derasnya tuntutan pembubaran Densus 88, Kamis (7/3).
Kiai Hasyim mengungkapkan, saat ini ekstrem kanan dihadapi dengan senjata, namun pada saat yang sama ekstrem kiri -- sisa komunis dan islamofobia -- dihadapi dengan sangat lunak karena berhasil mengendarai HAM.
''Misalnya, tuntutan ekstrem kiri tentang korban G 30 S yang bertentangan dengan fakta sejarah keselamatan NKRI. Padahal, baik ekstrem kanan dan kiri sama-sama sangat berbahaya untuk Pancasila dan NKRI,'' papar pimpinan Pondok Pesantren Al-Hikam II Depok itu.
Kiai Hasyim menilai UUD 1945 pasca-empat kali amandemen tidak sepenuhnya menganut nilai luhur Pancasila, terutama sila keempat tentang demokrasi.
''Hal itu mengakibatkan demokrasi Indonesia pascaperang dingin sangat dipengaruhi Barat yang telah bertoleransi dengan ekstrem kiri.''
Ia mengajak kaum Muslimin di Indonesia untuk berhati-hati dan bersatu agar jangan terjebak pada tindakan kekerasan.