REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pasukan Rusia membunuh pemimpin salah satu kelompok militan yang berperang untuk mendirikan sebuah negara Islam di kawasan Kaukasus Utara dan dua gerilyawan lain, Kamis, kata kantor-kantor berita mengutip komite anti-terorisme Rusia NAK.
Satu aparat penegak hukum tewas dan satu orang lagi cedera dalam bentrokan dengan militan-militan itu di Vedeno, salah satu daerah yang paling parah terkena dampak dua perang separatis di Chechnya setelah runtuhnya Uni Sovyet, kata mereka.
Pemimpin militan yang tewas, Adam Khushalayev, yang menggunakan nama Abu-Malik, diburu selama satu dasawarsa dan menjadi kepala sebuah kelompok gerilya setelah para pendahulunya tewas pada Januari, kata NAK.
Pemimpin-pemimpin sebelumnya, kakak-beradik Khuseyn dan Muslim Gakayev, dituduh mendalangi serangan-serangan tingkat tinggi, yang paling akhir pemboman bunuh diri yang menewaskan empat prajurit kementerian dalam negeri Agustus lalu, kata komite itu.
Presiden Vladimir Putin, yang menjadi terkenal setelah menumpas pemberontakan muslim di Chechnya, memerintahkan pasukan keamanan siaga tinggi untuk mengamankan Olimpiade Musim Dingin 2014 yang akan diadakan di kota pesisir Laut Hitam, Sochi, di daerah Krasnodar, yang dipisahkan dari Kaukasus Utara dari oleh tiga wilayah kecil.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus Utara, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo di Moskow pada Januari 2011.
Serangan itu membuat Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo. Pemboman bunuh diri itu diklaim Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus.
Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, di mana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang Rusia di kawasan Kaukasus Utara -- mulai dari Laut Hitam hingga Laut Kaspia -- melakukan pelangaran HAM dengan dalih menumpas militansi Muslim.