REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diminta turun tangan menyelesaikan konflik berdarah antara Tentara Malaysia dan Kesultanan Sulu (Filipina) di Negara Bagian Sabah, Malaysia.
“Seharusnya ada wadah untuk menyelesaikan ini dengan kepala dingin. ASEAN bisa menjadi jembatan konflik bilateral antara Malaysia dengan Kesultanan Sulu,” kata Pakar politik dan hubungan internasional Universitas Parahiyangan, Dr Andreas Hugo Pareira saat dihubungi ROL, Jumat (8/3).
Menurut Andreas, Indonesia sebagai pendiri dan anggota ASEAN bisa mengambil peran dalam penanganan konflik tersebut. Indonesia harus mengambil inisiatif dari berlarut-larutnya konflik yang telah menewaskan belasan orang tersebut.
Perang berdarah pecah di Kunak dan Semporna, Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Jumat (1/3) lalu. Baku tembak terjadi antara Polisi Malaysia dengan Pasukan Kesultanan Sulu (Filipina Selatan). Hingga kini, 27 orang dilaporkan tewas karena konflik tersebut.
Konflik disebabkan karena Kesultanan Sulu menganggap Sabah adalah tanah kesultanan yang disewakan kepada Malaysia. Kesultanan ini ingin memutuskan kontrak. Sedangkan Malaysia tak mau mengikuti keinginan Kesultanan Sulu tersebut.