REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- PT Fery Indonesia Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami kerugian sekitar Rp 1,2 miliar. Kerugian tersebut karena penutupan pelayaran ke semua lintasan penyeberangan selama lebih dari dua pekan ini akibat cuaca buruk.
Perkiraan kerugian yang dialami perusahan ini sesuai data taksasi pendapatan berdasarkan harga pasar, kata Pelaksana Manager Usaha PT Fery Indonesia (Persero) Cabang Kupang Hermin Welkis di Kupang, Jumat (8/3). "Ini taksasi kerugian yang telah direkap dan segara di kirim ke pihak "corporate" di Jakarta untuk diketahui," kata terkait kerugian yang dialami pihak PT Fery Indonesia Cabang Kupang akibat penutupan sementara pelayaran di NTT.
Dia mengatakan total kerugian itu juga direkap berdasarkan asumsi dan perhitungan terhadap setiap armada yang berlayar dalam sehari sesuai daerah tujuan dan banyaknya daya angkutan atau streep yang dihasilkan. Untuk lintasan Kupang-Rote Ndao misalnya, sekali berlayar target pendapatan yang dihasilkan mencapai Rp 22 juta.
"Kalau sehari dua hingga tiga kali berlayar, maka bisa meraup omset mencapai Rp66 juta. Ini belum termasuk pelayaran Kupang-Sumba. Kupang-Waibalun Larantuka pergi pulang," katanya.
Menurut dia, taksasi itu sudah termasuk pengeluaran yang dilakukan pihak perusahan terhadap setiap armada yang berlabuh di pelabuhan Bolok maupun pelabuhan lain karena tidak beroperasi yang mencapai Rp 400 juta lebih. "Armada yang parkir saja, pihak manajemen harus mengeluarkan biaya. Sementara tidak adapemasukan, sehingga jelas merugi," katanya.
Dia menyebut selama ini di NTT, ada enam unit armada kapal angkutan laut yang beroperasi mengangkut penumpang dari dan ke berbagai lintasan penyeberangan di provinsi kepulauan Nusa Tenggara Timur. Enam unit armada angkutan laut itu antara lain KMP Ile Api, Rokatenda, Pulau Sabu, Ile Mandiri dan Balibo.
PT Fery Indonesia Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak tanggal 22 Februari 2013, menutup angkutan penyeberangan antardaerah di wilayah provinsi kepulauan ini akibat cuaca di wilayah perairan tidak bersahabat. Penutupan pelayaran dilakukan, menyusul peringatan Badan Meteorologi dan Geofisika Kupang yang menyebutkan bahwa tinggi gelombang maksimum di perairan Selatan Nusa Tenggara Timur masih berkisar 3-4 meter.Tinggi gelombang tersebut dipicu tekanan rendah di barat Laut Australia dan akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan.