REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Keputusan pengadilan Mesir yang memvonis mati 21 suporter sepak bola memicu kerusuhan baru di ibu kota. Mereka divonis mati dalam kasus kerusuhan suporter di Port Said pada Februari 2012.
Ribuan suporter sepak bola turun ke jalan di Kairo. Mereka membakar markas federasi sepak bola Mesir. Di Port Said, warga mencoba memblokir kanal dan menyerang stadion sepakbola. Kerusuhan tersebut menewaskan satu pria karena menghirup gas air mata selama konfrontasi antara polisi dan demonstran.
Pengadilan di Kairo juga mengumumkan vonis pada Sabtu (9/3), untuk 52 terdakwa lainnya dalam kasus tersebut. Sebanyak 24 orang dijatuhi hukuman penjara, termasuk dua perwira polisi yang menerima 15 tahun hukuman penjara. Sisanya, 28 orang dibebaskan termasuk tujuh polisi.
Guardian melaporkan polisi di Port Said mundur ke markas. Selama berminggu-minggu terjadi bentrokan polisi dengan pendukung sepakbola setempat, al-Masry. Lebih dari 50 orang tewas dan ratusan lainnya terluka setelah ada protes melawan pengadilan bulan lalu.
Penduduk mengatakan mereka merasa dikambinghitamkan oleh keputusan pengadilan. Jam malam diberlakukan di kota tersebut sejak aksi kekerasan meletus pada Januari ketika hukuman mati pertama diumumkan.