Senin 11 Mar 2013 15:02 WIB

Bank Sentral Australia Jadi Korban Pembajak Cyber

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Serangan Hacker
Foto: dw-world
Serangan Hacker

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Tingginya teknologi bukan berarti komputer aman dari serangan hacker. Canggihnya teknologi seolah menjadi lahan belajar bagi hacker untuk membobol jaringan komputer, baik untuk iseng-iseng ataupun kepentingan tertentu.

Bank Sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) menjadi salah satu korban pembajakan jaringan komputer. Cina dituding menjadi pelaku dalam usaha pencurian data ini.

Dilansir laman Reuters, Senin (11/3), Bank Sentral Australia mengakui adanya pembobolan data melalui virus malware. Namun untungnya tidak ada data yang berhasil dicuri oleh pembajak dunia maya tersebut.

"Bank memiliki pengaturan keamanan yang komprehensif sehingga mampu mengisolasi serangan dan memastikan virus belum menyebar ke seluruh jaringan dan sistem bank," tulis pernyataan bank sentral, akhir pekan lalu.

Bank Sentral Australia juga mengkonfirmasi pernyataan di surat kabar Australian Financial Review terkait pembobolan yang terjadi berulang kali dan banyaknya data yang dicuri. Pihak bank sentral membantah pernyataan tersebut.

Serangan cyber telah menjadi rutinitas bank sentral dan pemerintah. Kecurigaan jatuh pada Cina setelah menemukan banyaknya aktivitas dari negara tirai bambu tersebut. Beijing telah berulang kali membantah penyerangan tersebut. Bahkan Beijing juga mengaku telah menjadi korban hacking, terutama dari Amerika Serikat.

RBA secara rutin berkonsultasi dengan direktorat pertahanan sinyal dari Badan Intelijen Australia terkait pembajakan tersebut. Laporan yang diterima dari Freedom of Information Act menunjukkan bank sentral menjadi objek serangan email pada 16 dan 17 November 2011. Hacker menggunakan virus yang tidak terdeteksi oleh software antivirus bank sentral.

Sebuah email berjudul 'Perencanaan Strategis FY2012' dikirim ke beberapa staf RBA hingga kepala departemen. Email tersbut dibuka oleh enam dari penerima dan berpotensi merusak jaringan internet bank sentral.

"Email tersebut berhasil melewati kontrol keamanan," lanjut pernyataan bank sentral. Aset bank berpotensi terganggu dan menyebabkan gangguan layanan serta hilangnya informasi.

RBA segera mengambil solusi dengan memperbarui software antivirus untuk menambah pertahanan, termasuk scanning untuk hyperling dalam email dan pemblokiran otomatis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement