REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebagian besar penderita gagal ginjal di Sleman merupakan kalangan usia muda. Meskipun mendapat jaminan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, namun pola hidup masyarakat harus diperbaiki.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Mafilindati Nuraini pada Republika, Senin (11/3). Dia menyebutkan, selama 2012 lalu, tercatat 150 warga miskin pemegang kartu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) menderita gagal ginjal.
"Ada jaminan Rp 500 ribu dari Pemkab untuk cuci darah, tapi apa harus seperti itu?" kata Linda saat ditemui di ruangannya.
Menurut Linda, setiap orang berpotensi mengalami kerusakan ginjal, tergantung pada pola hidupnya masing-masing. Gejala gagal ginjal memang biasanya disebabkan karena penyakit dasar bawaan seperti, darah tinggi. Namun, penyebab lainnya bisa juga dikarenakan batu ginjal, dehidrasi akut, dan tidak kencing dalam jangka waktu lama.
Linda menambahkan, penyebab utama penyakit mematikan ini juga bisa dikarenakan penggunaan obat yang dinilai kurang tepat. Dia mencontohkan, adanya minuman jamu campur aduk atau obat tanpa resep dokter yang dikonsumsi melebihi dosis.
"Itu akan merusak fungsi penyaringan ginjal," ujarnya.
Konsumsi obat tidak beraturan, kata Linda, biasanya dilakukan oleh penderita penyakit kronis yang ingin sehat secara instan dalam waktu singkat. Belum lagi, karena adanya pengaruh serta saran orang?lain yang hanya berdasarkan kebiasaan mengkonsumsi obat tersebut.
Kemudian, dia kembali menyarankan agar pola minum air mineral lebih diperbanyak. Menurutnya, minimal, konsumsi air putih seharusnya 2.500 cc per hari. Lalu, bila ingin kencing, jangan pernah ditahan.