REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam tahun 60-an, Kivlan Zen berpendapat, HMI harus terus meningkatkan tradisi intelektual, sebagai upaya untuk mencegah kemungkinan masuknya kembali bahaya laten gerakan komunisme di Indonesia.
"Sebagai kader umat dan kader bangsa HMI perlu melakukan ini, seperti yang pernah dilakukan pada tahun 1960-an saat organisasi ini berupaya mencegah masuknya paham komunisme yang berupaya mengikis ideologi Pancasila," katanya kepada Antara di Pemekasan, Selasa (12/3).
Kivlan menjadi pembicara dalam acara sarasehan bertema 'Mewaspadai Gejala Kebangkitan Komunisme di Indonesia' yang digelar STAIN Pamekasan.
Purnawirawan TNI yang juga mantan aktivis HMI ini menyatakan, dari dulu HMI dikenal sebagai salah satu organisasi ektra kampus yang getol menantang paham komunisme yang berkembang di negeri ini.
Bahkan organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane 5 Februari 1947 ini juga pernah menjadi target sasaran PKI dan antek-anteknya untuk dibubarkan.
Akan tetapi, berkat kebijakan Presiden Soekarno, oranisasi mahasiswa Islam satu-satunya ketika itu tidak dibubarkan, bahkan HMI tetap bisa berkibar hingga saat ini.
"Ada dua hal yang menjadi missi HMI ketika itu yakni menyebarkan syariat Islam dan mempertahankan Kemerdekaan Negeri Republik Indonesia dan keutuhan NKRI," kata Kivlan Zen menuturkan.
HMI kata Kivlan Zen, memang dikenal sebagai organisasi mahasiswa yang sangat mengecam keras atas berbagai upaya yang dilakukan sekelompok orang menggerogoti NKRI, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahkan organisasi itu pula sempat menjadi sasaran PKI, sehingga difitnah sebagai salah satu sempalan organisasi yang dinyatakan terlarang ketika itu yakni Masyumi.
"Ada beberapa aktivis HMI yang masih saya kenal baik dan seperjuangan dengan saya, yakni Fahmi Idris, Akbar Tanjur. Mereka ini selalu inten berdiskusi bagaimana mencegah komunisme di negeri ini," tutur Kivlan yang juga purawirawan TNI itu.
Kivlan juga menilai, upaya sebagian kader-kader HMI terjun ke dunia politik dengan partai berbeda, sebenarnya merupakan cara-cara yang paling tepat untuk menanggulangi terjadinya penyusupan ideologi komunisme yang pada akhirnya bisa menguasai bangsa ini.
"Makanya yang juga perlu dilakukan kader-kader HMI saat ini adalah terus meningkatkan tradisi intelektual dengan intensif menggelar kajian-kajian terbatas, membahas perkembangan terkini, serta berupaya mempertahankan NKRI dari ancaman komunisme," katanya menjelaskan.
Tidak hanya itu saja, kerja sama dengan organisasi pemuda dan kemahasiswaan lain, menurut Kivlan Zen perlu terus ditingkatkan, seperti PMII, GMNI, PMKRI dan IMM perlu terus dilakukan.
Kivlan Zen, merupakan salah seorang pelaku sejarah yang terlibat secara langsung dalam berupaya menanggulangi Gerakan 30 September (G30 S) yang diduga dilakukan oleh aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam sarasehan bertema Mewaspadai Gejala Kebangkitan Komunisme di Indonesia" di kampus STAIN Pamekasan, Selasa (12/3) itu Kivlan juga menuturkan, bahkan cara-cara kelompok berpaham komunis masuk ke Indonesia, melalui organisasi keagamaan.
"Biasanya cenderung berpaham kiri dan isu-isu yang dibangun adalah atas nama rakyat. Padahal tujuannya untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa ini," katanya menjelaskan.