REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Jumlah anak-anak Suriah yang direkrut kelompok bersenjata bertambah. Berdasarkan laporan Save the Children, anak-anak tersebut digunakan sebagai porter, pemandu, informan, bahkan dipersenjatai sebagai prajurit.
Anak-anak tersebut juga digunakan sebagai tameng manusia. Setidaknya dua juta anak-anak Suriah membutuhkan pendampingan. Menurut laporan tersebut, dua tahun perang berpengaruh pada semua aspek kehidupan anak-anak.
Peneliti dari Turki mengatakan tiga dari empat anak-anak Suriah kehilangan seseorang yang mereka cintai karena perang. Banyak dari anak-anak tersebut kehilangan akses pada layanan kesehatan dan hidup dengan sanitasi kurang. Keluarga mereka juga berjuang mencari makanan karena minimnya pasokan.
BBC melaporkan pendidikan anak-anak terganggung karena 2 ribu sekolah rusak akibat pertempuran atau menjadi tempat penampungan sementara bagi pengungsi.
"Anak-anak Suriah merupakan korban konflik yang dilupakan, menghadapi kematian, trauma dan penderitaan, dan kehilangan bantuan kemanusiaan dasar," kata laporan tersebut.
Save the Children telah meminta bantuan internasional. Namun, menurut mereka, satu-satunya cara untuk menghentikan penderitaan mereka adalah mengakhiri perang.
Anak-anak di bawah usia 18 tahun juga direkrut paksa dalam kegiatan militer. Dalam beberapa kasus, anak-anak berumur delapan tahun digunakan sebagai perisai manusia. Satu kelompok yang berafiliasi dengan oposisi mendokumentasikan kematian sedikitnya 17 anak.
Lembaga dari PBB, Unicef memperingatkan Suriah akan kehilangan generasi. Anak-anak di bawah usia 18 tahun hanya tahu kekerasan. Hak pendidikan mereka dirampas. Mereka diperkirakan menderita trauma yang membekas sepanjang hidup.