REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Menteri Perminyakan Venezuela Rafael Ramirez menyatakan, setuju dengan adanya penyelidikan atas kematian orang nomor satu Venezuela Hugo Chaves.
Dia pun menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel berada di balik penyakit dan kematian tokoh demokratis sosialis di Amerika Latin itu.
Kata dia, kematian Chavez tak ubah seperti yang dialami mendiang Pemimpin Pembebasan Palestina Yasser Arafat. Arafat meninggal 2004 silam. Baru-baru ini sekelompok tim independen menemukan kandungan radio aktif bernama polonium-210 di sekujur tubuh Arafat.
Temuan itu menjadi bukti keterlibatan pihak luar dan membuka penyelidikan baru. BBC News melansir, Chavez memang pernah menyatakan dirinya berada dalam bahaya. Chavez merasa penyakit yang dialaminya adalah perbuatan ''imperialis asing''.
Sementara itu upaya penyelidikan kematian Chavez mendapat cemooh dari kaum oposisi. Mereka menilai pembentukan tim independen adalah konspirasi bentukan rezim agar membelokkan persoalan-persoalan utama di dalam negeri.
Juru kampanye calon presiden Henrique Caprilles mengatakan, Maduro telah memanfaatkan kematian Chavez untuk kampanye pemenangannya 14 April mendatang.
''Mari kita jauhkan almarhum presiden (Chavez) dari perdebatan politik.'' Ujar Henri Falcon, Rabu (13/3).Maduro adalah rival terberat pentolan oposisi dalam pemilihan presiden mendatang.
Mantan sopir bus ini akan melawan Caprilles yang sebelumnya kalah melawan Chavez dalam pemilihan 2012. n bambang Noroyono/Reuters