REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Kematian mantan Presiden Venezuela, Hugo Chavez masih menyisakan tanda tanya bagi pemerintahan setempat. Pejabat setempat bahkan melontarkan pernyataan kemungkinan Chavez sengaja diracun sehingga terinfeksi kanker.
Tuduhan tersebut pertama datang dari Wakil Presiden Nicolas Maduro pada 5 Maret untuk menggalang popularitas sebagai pemimpin. Pekan ini, dia berencana memperkerjakan ilmuwan terbaik dunia untuk menginvestigasi kemungkinan Chavez diracun.
Dalam sebuah wawancara, Maduro secara tersirat mengatakan Amerika Serikat berada di balik serangan terhadap Chavez. "Kami memiliki intuisi Komandan kami Chavez diracun oleh kekuatan gelap yang ingin terbebas dari dia," kata Maduro yang dilantik sebagai presiden sementara Venezuela Jumat pekan lalu seperti dilansir cnn.
Dia menyebut pada 1940-an dan 1950-an, AS dan sejumlah negara memiliki laboratorium ilmiah untuk menguji bagaimana menyebabkan kanker. "Tujuh puluh tahun terlewati. Laboratorium setan dan kematian itu mana mungkin tidak berkembang?" ujarnya.
Meski pun begitu, Maduro mengatakan, tidak menunjuk AS. "Saya hanya mengatakan kebenaran yang banyak diketahui," ujarnya.
Tuduhan Maduro tersebut dibantah keras pemerintah AS. "Tuduhan yang mengatakan AS menyebabkan sakitnya Presiden Chavez adalah absurd dan kami dengan tegas menolaknya," ungkap juru bicara AS, Patrick Bentrell.
Bukan pertama kali pemerintah Venezuela melayangkan tuduhan adanya rencana dibalik kanker yang diderita Chavez. Bahkan, Chavez membuat pernyataan serupa pada 2011. Yaitu, dia khawatir AS dapat menginfeksi penyakit pada pemimpin Amerika Latin.