Rabu 13 Mar 2013 18:35 WIB

7 Kriteria Calon Ketum Demokrat Versi Sutan Bhatoegana

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
Sutan Bhatoegana
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Sutan Bhatoegana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana menyatakan kandidat ketua umum harus memenuhi memenuhi sejumlah kriteria. Setidaknya, ada tujuh syarat yang harus dipenuhi. 

Pertama, kata dia, harus orang Demokrat sejati. Artinya kandidat ketua umum belum pernah menjadi anggota partai lain. "Harus yang benar-benar mengerti perjuangan Demokrat," kata Sutan ketika dihubungi Republika, Rabu (13/3).

Kedua, lanjutnya, mesti memiliki pengalaman menjadi pengurus partai. Dia juga mesti memiliki organisasi di luar Demokrat. Ketiga, kandidat ketua umum mesti figur yang berani, bersih dan merakyat. Bukan figur yang mengedepankan kepentingan pribadi. 

"Harus BBM alias berani, bersih, merakyat. Bukan SDM alias selamatkan diri masing-masing," tambah Ketua Komisi VI DPR tersebut.

Keempat, lanjutnya, harus memiliki latar belakang pendidikan formal minimal S1. Kelima, mendapat dukungan satu per tiga DPC. Keenam, yang tak kalah penting kandidat ketua umum tidak boleh terkontaminasi jaringan Nazaruddin. 

"Kalau nanti terpilih dan Nazar berkicau lagi, kacau kita," ujarnya.

Terakhir, katanya, ketua umum Partai Demokrat idealnya tidak merangkap jabatan posisi penting kenegaraan. Namun andai hal itu tidak bisa dihindari Sutan menyatakan ketua umum terpilih harus pandai membagi waktu. 

"Rangkap jabatan bisa saja baik. Artinya orang bisa bekerja menembus ruang dan waktu," katanya.

Sutan menyatakan mekanisme pemilihan ketua umum lebih baik dilakukan secara terbuka lewat pendaftaran. Nama-nama yang sudah mendaftar nanti diperketat dengan penjaringan yang dilakukan majelis tinggi. 

"Ada pendaftaran terbuka. Ada panitia pendaftaran yang dibentuk DPP," ujarnya.

Kendati begitu Sutan juga tidak menampik kemungkinan pemilihan ketua umum melalui mekanisme aklamasi. Mekanisme ini bisa dilakukan untuk menghindari perpecahan. 

"Kalau ada yang mau aklamasi supaya tidak terjadi perpecahan bisa saja," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement