REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala menilai tindakan pembunuhan dengan mutilasi dilakukan oleh orang yang ingin menyembunyikan perbuatannya.
''Bahwa ada orang yang ingin melarikan diri dari hukum'', ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (14/3). Menurutnya, kasus mutilasi yang terjadi akhir-akhir ini merupakan gejala pengulangan atau imitasi kasus sebelumnya.
Pelaku berpikir bahwa tindakannya akan sulit dilacak jika ia merusak organ tubuh korban. Setelah satu kasus terungkap, maka orang lain pun meniru tindak kejahatan yang sama. ''Pelaku terinspirasi kejadian sebelumnya'', ujarnya.
Pengungkapan kasus mutilasi pada tahun ini dimulai dengan kasus pembunuhan pedagang soto lamongan Benget Situmorang kepada istrinya. Dia memotong-motong korban dan membuangnya ke jalan tol.
Akhir pekan lalu, penemuan mayat yang sudah dipotong-potong terjadi di Ruko Mediterania Residence, Apartemen Aston, kawasan Ancol, Jakarta Utara pada Rabu (13/3). Adrianus mengatakan ada kemungkinan kasus pembunuhan mutilasi dengan cara yang sama akan terjadi lagi.