REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Wakil Rektor Universitas Lahore, Pakistan, Adil Najam mengatakan, Umat Islam seluruh dunia berharap Paus terpilih akan meniru langkah yang dilakukan Paus Yohanes Paulus II.
Adil menganggap Paus Yohannes mampu mendedikasikan kedudukannya untuk meningkatkan hubungan dengan umat agama lain, termasuk umat Islam.
"Paus sebelumnya gagal melakukannya. Karena itu, menjadi satu harapan bahwa seseorang akan menyembuhkan luka dan membangun kembali jembatan yang rusak," kata dia.
Pakar Konflik agama dari Instutute Perdamaian AS (USIP), Qamar Ul-Huda mengatakan, paus terpilih memiliki kapabilitas untuk seleras dengan perkembangan dunia dan umat agama.
Ini dilihat dari latar belakangnya sebagai warga negara yang berasal dari negara dunia ketiga. "Ia hidup dalam masyarakat majemuk, dan tentunya ia memiliki hubungan baik dengan Muslim," kata dia seperti dikutip washingtonpost.
Profesor Agama Universitas Fordham, New York, Rev Patrick J Ryan mengakui beban paus terpilih sangat berat. Menurutnya, Paus sebelumnya meninggalkan persoalan yang sangat sensitif. Karena itu, umat Katolik dan Islam menaruh harapan besar kepadanya untuk memperbaiki keadaan.
Semasa pemerintahan Paus Benediktus XVI, sempat terjadi ketegangan antara Muslim dan Katolik. Kala itu, Benediktus mengatakan, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad itu adalah tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan. Memang, ia berulang kali membantah hal itu dan meminta maaf.
Insiden ini jelas berbeda dengan pendahulunya. Paus Yohanes Paulus II yang mampu meningkatkan hubungan antara Islam dan Katolik. Ia mempertemukan pemimpin Yahudi, Kristen dan Islam di Assisi, Italia. Upaya itu membuatnya dihormati seluruh umat agama di dunia.