REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Nigeria pada Sabtu menepis kemungkinan adanya pembayaran uang tebusan kepada para penculik yang menahan tujuh anggota sebuah keluarga Prancis.
Sementara itu, menteri luar negeri Prancis telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Nigeria Goodluck Jonathan menyangkut penculikan tersebut.
Tujuh warga negara Prancis, termasuk empat anak-anak di bawah usia 12 tahun, diculik bulan lalu di Kamerun di dekat perbatasan timur laut dengan Nigeria.
Prancis mengatakan kelompok Islamis radikal Nigeria, Boko Haram, melakukan serangan dan menahan keluarga Perancis itu di Nigeria.
Dalam sebuah video yang diunggah di media internet yang memperlihatkan para sandera, pihak penculik mengatakan bahwa mereka merupakan anggota Boko Haram.
"Sebagai bagian dari kebijakan kami, kami tidak akan membayar uang tebusan kepada para teroris, namun kami akan melakukan apapun yang memungkinkan guna memastikan bahwa para teroris itu akan membebaskan tahanan tanpa membahayakan mereka," kata Menteri Luar Negeri Nigeria Olugbenga Ashiru kepada para wartawan, dengan Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius berada di sampingnya.
Fabius, yang mengunjungi Kamerun hari Jumat, telah bertemu dengan Presiden Johathan sebelum memberikan pernyataan kepada wartawan. "Tentu saja, kami membahas masalah penculikan," kata Fabius mengenai pertemuannya dengan Jonathan.
"Delapan sandera Prancis saat ini berada di Nigeria... Kami sangat berharap bahwa para sandera Prancis bisa dibebaskan."
Selain ketujuh anggota sebuah keluarga, satu insinyur Perancis juga diculik di negara bagian Nigeria utara, Katsina, pada Desember lalu.
Serangan itu diakui dilakukan oleh kelompok Islamis Ansaru, yang dianggap sebagai cabang dari Boko Haram. Boko Haram, yang dituding bertanggung jawab atas terbunuhnya ratusan orang di Nigeria utara dan tengah sejak tahun 2009, sebelumnya tidak menjadikan warga asing sebagai sandera.
Boko Haram dilihat para pakar sebagai kelompok yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah domestik. Kelompok yang lebih baru, Ansaru, dilihat lebih memprioritaskan operasi mereka dengan melancarkan penculikan terhadap para pekerja asing.
Kelompok tersebut tahun ini telah mengakui penculikan serta mengeksekusi tujuh warga asing. Kendati muncul video yang diklaim berasal dari para anggota Boko Haram, sejumlah analis mengatakan masih belum bisa dipastikan siapa sebenarnya yang menyandera keluarga Prancis tersebut.
Sejumlah pakar menduga bahwa motif serangan adalah lebih kepada masalah keuangan daripada politis. Perancis telah memperingatkan warga negaranya di wilayah itu tentang adanya peningkatan resiko, menyusul kampanye yang dipimpin Paris untuk mendorong para pemberontak Islamis keluar dari Mali.
Ashiru menyampaikan terima kasih kepada Fabius atas serangan Perancis di Mali, dengan mengatakan bahwa pengambilalihan oleh kelompok Islamis akan menimbulkna resiko di sub-kawasan Afrika utara secara keseluruhan.