Selasa 19 Mar 2013 17:57 WIB

Survei Pemilu Venezuela: Maduro Unggul dari Capriles

Rep: Indah Wulandari/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Sementara Venezuela, Nicolas Maduro
Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins
Presiden Sementara Venezuela, Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden sementara Venezuela, Nicolas Maduro, unggul 14 poin dari pesaingnya, Henrique Capriles dalam gelaran jajak pendapat publik. Hasil survei Datanalisis yang disponsori Barclays Bank memperkirakan raihan suara Maduro pada pemilu 14 April mendatang bisa mencapai 49,2 persen. Sementara Capriles digadang-gadang meraih 34,8 persen suara.

 

“Angka itu didapat usai masa kampanye pendek beberapa waktu lalu. Efek simpati terhadap kematian Presiden Chavez membuat kekuatan pihak oposisi menurun. Maduro pun jadi favorit,” jelas pihak Barclays dalam pernyataan tertulisnya yang dikutip Reuters, Selasa (19/3).

Pemilu mendatang seakan menjadi tes awal bagi gerakan kelompok Chavismo. Pasalnya, semenjak kematian sang pemimpin kelompok sosialis radikal ini banyak aliansi regional yang ingin merebut kekuasaan. Sementara masyarakat ingin harga bahan bakar minyak tetap murah dan keuangan mereka stabil seperti saat kepemimpinan Chavez.

Saat putaran akhir kampanye Senin lalu, Capriles memperlihatkan pemikirannya untuk mengakhiri subsidi BBM seperti yang dijalankan negara komunis Kuba. Bahkan dia mengatakan, Maduro sebagai boneka Havana. "Pemberian buat negara ini berakhir. Tidak akan ada lagi subsidi minyak dari klan Castro. Maka, Maduro adalah kandidat dari Raul Castro. Sedangkan saya kandidat rakyat Venezuela,” cetus Capriles.

Selama ini Venezuela menyediakan sekitar 100 ribu barel minyak per hari untuk ditukar dengan sejumlah jasa dari Kuba, mulai dari para dokter dan staf medis yang bertugas di klinik-klinik kesehatan di daerah-daerah kumuhnya. Sementara Maduro memakai strategi pendekatan terhadap asal usul Chavez. Dia memulai kampanyenya dari area dataran tinggi Andean, tempat Chavez tumbuh.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement