REPUBLIKA.CO.ID, OLYMPIA---Jika sejarah menjadi patokan, pemerintah Amerika Serikat akan menanggung biaya perang di Irak dan Afghanistan selama seabad ke depan, seiring kesulitan yang dihadapi tentara dan keluarganya dalam menghadapi pengorbanan akibat pertempuran.
Analisis kantor berita Associated Press (AP) mengenai catatan pembayaran negara menemukan bahwa pemerintah masih membayar biaya bulanan keluarga veteran Perang Sipil, 148 tahun setelah konflik berakhir.
Pada peringatan 10 tahun mulainya Perang Irak, lebih dari 40 miliar dolar AS (Rp 388,3 triliun) setiap tahun dibayarkan sebagai kompensasi untuk para veteran dan keluarga yang ditinggalkan akibat Perang Spanyol-Amerika pada 1898, Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Perang Vietnam, dua perang Vietnam dan konflik Afghanistan. Dan semua biaya tersebut naik secara pesat.
Senator Patty Murray mengatakan pengeluaran semacam itu seharusnya menjadi pengingat bangsa mengenai biaya keuangan perang berkepanjangan. "Saat kita memutuskan berperang, kita harus secara sadar juga berpikir mengenai biayanya,” ujar Murray, yang mewakili Partai Demokrat dari negara bagian Washington, dengan menambahkan bahwa bantuan keuangan untuk ayahnya, veteran Perang Dunia II yang mengalami cacat fisik, membantu memberi makan keluarganya seperti dilansir situs voaindonesia.
Alan Simpson, mantan senator Partai Republik dan veteran yang ikut mengepalai komite defisit pemerintahan Barack Obama pada 2010, mengatakan para pemimpin pemerintah yang bekerja untuk membatasi utang negara harus menjamin keluarga para veteran membutuhkan uang yang mereka terima. "Tanpa ragu, saya akan mengecek kekayaan orang-orang ini,” ujar Simpson.
Dengan meningkatnya jumlah pasukan yang bertahan dari luka perang akibat perbaikan dalam pengobatan dan teknologi di medan perang, biaya kompensasi kecacatan diperkirakan akan menjadi jauh lebih besar.