REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah
Pagi itu, Selasa 17 Maret 1981, kota Aachen, Barat Jerman, tampak seperti biasa. Suasana memang masih lengang. Belum ada aktivitas mencolok dari warga setempat. Namun, di sebuah apartemen tiba-tiba terdengar lima tembakan.
Seorang perempuan paruh baya, tergeletak bersimbah darah dengan lima timah panas bersarang di tubuhnya. Satu peluru di leher, satu di kening, dua peluru tepat menghujam pundaknya, sedangkan satu peluru lagi bersarang di perutnya.