REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bambang Pamungkas menilai sepak bola Indonesia sudah berada di titik nadir. Ini setelah maraknya tunggakan gaji yang dilakukan klub Indonesia kepada para pemain. Mantan pemain Persija Jakarta yang juga menjabat Wakil Presiden Asosiasi Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI) itu mengungkapkan keluh kesahnya kepada Asosiasi Pesepak Bola Profesinal Dunia (FIFPro).
Pemain yang akrab disapa Bepe itu mengatakan, keputusannya untuk tak aktif sementara lantaran sudah tak nyaman dengan situasi sepak bola Indonesia. Bagaimana tidak, sekitar 60 persen pesepak bola profesional liga nasional mengalami penunggakan gaji oleh klub masing-masing. "Bahkan sampai ada yang mengalami sakit dan meninggal. Ini sudah tidak bisa ditoleransi," kata Bambang dikutip dari situs resmi FIFPro, Kamis (21/3).
Di Persija, Bepe menjadi salah satu pemain yang gajinya ditunggak. Sampai kebersamaan Bepe bersama Persija pun harus berakhir. Bagi Bepe, 12 tahun bersama Persija merupakan perjalanan yang sangat luar biasa dan penuh cerita. Tetapi, setelah terjadi pergantian kepengurusan, Persija kehilangan identitas. Persija berjalan di arah yang salah. Hasilnya, Persija kini berada di peringkat bawah klasemen. Sejujurnya, tambah Bepe, keputusan meninggalkan Persija adalah hal yang sangat dilematis. Pada satu sisi, ia mengaku sulit membuka konflik dengan klub yang sangat dicintainya. "Namun di sisi lain, saya memiliki tanggung jawab memperjuangkan hak pemain," tuturnya.
Sebagai pemain dan juga Wakil Presiden APPI, Bepe merupakan salah satu dari sedikit pemain yang berani buka suara mengenai masalah tunggakan gaji. Hingga saat ini, sangat banyak pemain yang tidak berani buka suara soal penunggakan gaji. Bepe bersama APPI pun sudah beberapa kali membujuk para pemain untuk mengambil sikap. Tetapi dia percaya, cepat atau lambat akan ada pemain lain yang buka suara. "Hanya masalah waktu," Menurutnya, CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono selaku operator kompetisi Indonesian Super League (ISL) mengakui banyaknya klub yang menunggak gaji pemain. PT Liga Indonesia pun sudah menggulirkan program dana talangan kepada klub untuk mengatasi masalah tersebut. "Dana talangan yang sudah keluar sekitar 10 persen dari total seluruhnya," kata Joko tanpa menyebutkan nominal.
Joko mengatakan, masalah tunggakan gaji menjadi pelajaran berharga sebelum nantinya penyatuan liga pada 2014 terlaksana. Kompetisi musim depan akan dikendalikan sepenuhnya oleh PT Liga Indonesia sesuai hasil Kongres Luar Biasa (KLB) 17 Maret 2013. Joko mengatakan, akan ada verifikasi yang dilakukan PSSI dan PT Liga Indonesia terhadap klub yang berhak mengikuti satu liga profesional. Salah satunya adalah mengenai aspek finansial klub. "Jadi menjadi tantangan tersendiri bagi-bagi klub untuk memperbaiki aspek finansial," tambahnya.