REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pemerintah Suriah dan oposisi, Rabu (20/3), sama-sama menuntut penyelidikan internasional atas serangan senjata kimia. Senjata itu dikhawatirkan menjadi alat propaganda terbaru dalam perang Suriah.
Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Jaafari, di New York, mengaku bahwa dia telah meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk membentuk sebuah misi teknis yang khusus, independen, dan netral untuk menyelidiki oposisi yang menggunakan senjata kimia di Desa Khan al-Assal, Dekat Kota Aleppo. Dia menyebut serangan itu sangat serius, mengkhawatirkan, tidak dapat diterima, dan tidak etis.
Tidak hanya pemerintah Suriah, kelompok oposisi utama Suriah juga menuntut hal yang serupa. ‘’Semua bukti sekarang menunjukkan bahwa rezim presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan senjata terhadap rakyatnya sendiri,’’ kata koalisi oposisi nasional Suriah.
Koalisi ini menuntut penyelidikan internasional, dan meminta delegasi dikirim untuk memeriksa dan mengunjungi lokasi ledakan. Kedua belah pihak memang saling menuding melakukan serangan kimia tanpa memberikan bukti yang jelas atau dokumentasi.
Juru bicara PBB Martin Nesirky mengatakan, ‘’Sekjen PBB Ban Ki-moon tetap yakin bahwa penggunaan senjata kimia oleh pihak siapapun dan dalam keadaan apapun merupakan sebuah kejahatan yang keterlaluan.’’