REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bicara pemain terbaik yang ada di skuat Indonesia saat ini rasanya tak jauh-jauh dari nama Boaz Theofilius Erwin Solossa. Penampilan striker Persipura Jayapura itu pada laga kualifikasi Piala Asia 2015 melawan Arab Saudi, Sabtu (23/3) nanti adalah salah satu yang ditunggu-tunggu oleh pecinta sepak bola tanah air.
Meskipun publik selalu mengaitkan Boaz dengan sikap indisiplinernya, yang membuatnya sering absen membela timnas, pemain baru berulang tahun ke-27 tahun itu tetaplah striker yang banyak dipuja para suporter timnas. Maklum saja, ia sering menjadi faktor pembeda di laga-laga skuat Garuda.
Masih ingat laga timnas versus Uruguay di Stadion Gelora Bung Karno tiga tahun lalu? Ia menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang bersinar pada laga persahabatan tersebut usai membobol gawang semi finalis Piala Dunia 2010 itu, meskipun pada akhirnya skuat Merah-Putih kalah telak 1-7.
Publik pertama kali mengenal Boaz pada turnamen Piala Tiger 2004 silam saat ia masih berusia 18 tahun. Saat itu, bertandem dengan striker Persita Tangerang Ilham Jaya Kesuma, Boaz menjadi salah satu bintang turnamen dengan penampilannya yang memukau bersama skuat yang saat itu dilatih Peter Withe.
Sayang, Boaz gagal membawa Indonesia meraih gelar juara setelah timnas dikalahkan Singapura di final dan ia mengalami cedera. Namun usai pagelaran tersebut ia dijuluki sebagai 'Anak Ajaib'. Bahkan kemampuannya saat itu disebut-sebut selevel pemain-pemain Eropa.
Namun Boaz tak pernah mewujudkan ekspektasi publik yang berharap ia meneruskan karier di Eropa. Dalam beberapa kali kesempatan, ia menegaskan mimpinya adalah bermain untuk tim di kampung halamannya, Persipura.
Sikap indisipliner pun menjadi halangan Boaz untuk keberlangsungan kariernya di timnas. Setahun setelah debutnya di Piala Tiger, ia diskorsing PSSI selama setahun tidak boleh bermain sepak bola gara-gara terbukti menendang wasit pada sebuah partai di Liga Indonesia antara Persipura melawan Persebaya. Terakhir, di Piala AFF 2010 lalu, pelatih Alfred Riedl terpaksa mencoretnya dari skuat karena tidak disiplin.
Meskipun demikian, Boaz tetaplah striker yang disegani di Indonesia. Persipura dibawanya juara dua kali pada 2005,2009, dan 2011. Pada tahun 2009, ia juga menjadi topskorer Indonesia Super League (ISL) dengan torehan delapan gol. Prestasi itu disusul gelar sebagai pemain terbaik ISL semusim setelahnya (2010)
Musim ini, performanya juga belum menurun bersama skuat Mutiara Hitam. Ia selalu menjadi andalan di lini depan skuat Jacksen F. Tiago. Tujuh gol telah ditorehkannya di ISL 2013.
Maka wajar jika publik kembali berharap pada sosok Boaz melawan Saudi nanti. Pelatih Rahmad Darmawan tampaknya akan menempatkan Boaz sebagai second-striker di formasi tiga penyerang bersama Greg Nwokolo di belakang penyerang utama Sergio Van Dijk.