REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hidrologi dari Universitas Indonesia Firdaus Ali mengatakan Jakarta sudah mengalami krisis air bersih sejak 18 tahun yang lalu, dan saat ini kondisinya semakin parah.
"Jakarta mengalami krisis air bersih sejak lama. Tepatnya 18 tahun lalu," ujar Firdaus di Jakarta, Jumat (22/3).
Firdaus menambahkan Jakarta memerlukan sekitar 26.938 liter air per detik, namun yang tersedia hanya 17.700 liter air per detik.
Diperkirakan pada 2020, terjadi defisit air mencapai 19.000 liter per detik. "Setiap orang dewasa di Jakarta memerlukan 184 liter per hari," tukas dia. Meskipun demikian, masyarakat bisa melakukan penghematan agar defisit air tidak semakin parah.
Firdaus memberikan tips-tips dalam menghemat air, misalnya, tidak menyalakan kran saat menggosok gigi, mandi menggunakan pancuran, mencuci dengan menggunakan ember, hingga mencuci piring dalam jumlah yang banyak. "Air hujan juga bisa dimanfaatkan untuk bersih-bersih," tuturnya.
Dalam hal penghematan air, Firdaus mengatakan perempuan khususnya ibu rumah tangga sangat berperan dalam upaya penghematan air. Hal itu dikarenakan perempuan memegang kendali pemakaian air.