Sabtu 23 Mar 2013 01:10 WIB
Kisah Napoleon Bonaparte

Berakhir di Pulau Helena

Rep: Selamat Ginting/ Red: M Irwan Ariefyanto
Salah satu perang Napoleon
Foto: france.co
Salah satu perang Napoleon

REPUBLIKA.CO.ID,Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh daratan Eropa, baik dengan diplomasi maupun peperangan. Di antaranya adalah Belanda dengan diangkatnya sang adik, Louis Napoleon, Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, dan Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja.

Dalam organisasi militer, Napoleon mengenalkan istilah korps yang terdiri atas kumpulan divisi. Pembentukan korps ini juga didukung oleh besarnya pendaftaran tentara yang mengakibatkan jumlah tentara menjadi membengkak, sehingga diperlukan suatu kesatuan tentara yang lebih besar dari divisi.

Napoleon juga dikenal dengan penggunaan artileri secara besar-besaran untuk menghancurkan tentara musuh, ketimbang menggunakan tentara infantri secara langsung. Dalam pemilihan artileri, Napoleon memilih artileri yang memiliki mobilitas tinggi agar bisa mendukung taktik manuver yang sering digunakannya dalam pertempuran. Salah satu artileri yang sering digunakan adalah meriam sistem tahun XI yang sebenarnya lebih merupakan inovasi dari meriam Sistem Gribeauval.

Namun, tidak semua peperangan berhasil dimenangkannya. Kegagalan dalam menginvasi daratan Mesir yang membuatnya berhadapan dengan kekuatan Inggris, Mamluk, dan Utsmani. Meski di daratan gurun, Napoleon sukses mengalahkan tentara gabungan Utsmani dan Mamluk dalam Pertempuran Piramida. Namun, beberapa hari kemudian armada Prancis dikalahkan oleh armada Inggris di bawah pimpinan Laksamana Horatio Nelson di Teluk Aboukir.

Armada Horatio Nelson untuk kedua kalinya berhasil mengalahkan armada Prancis. Kali ini pada pertempuran laut di Trafalgar antara armada Prancis-Spanyol yang dipimpin oleh Laksamana Villeneuve dengan armada Britania Raya yang dipimpin oleh Laksamana Nelson meskipun Nelson gugur dalam pertempuran ini (tertembak penembak jitu Prancis).

Napoleon juga gagal dalam menginvasi Rusia karena ketangguhan dan kecerdikan strategi Jenderal Mikhail Kutuzov dan Tsar Aleksandr I. Dalam menghadapi pasukan Prancis, mereka memanfaatkan musim dingin Rusia yang dikenal mematikan serta pengkhianatan Raja Swedia, Jenderal Bernadotte.

Strategi Rusia dalam hal ini adalah membakar kota Moskwa ketika Napoleon berhasil menaklukkan kota itu setelah melewati pertempuran melelahkan di Borodino dan mengharapkan sumber logistik baru.

Namun, kekalahan yang mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Prancis setelah melarikan diri dari Pulau Elba dan memerintah kembali di Prancis selama 100 hari adalah kekalahan di Waterloo. Dalam perang ini, Napoleon berhadapan dengan kekuatan Inggris yang dipimpin oleh Duke of Wellington, Belanda oleh Pangeran Van Oranje, dan Prusia yang dipimpin oleh General Blücher serta persenjataan baru hasil temuan Jenderal Shrapnel dari Inggris. Kekalahan ini mengakibatkan Napoleon dibuang ke Pulau Saint Helena sampai wafatnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement