REPUBLIKA.CO.ID, NICOSIA -- Uni Eropa memberi tenggat waktu hingga Senin (25/3) kepada pemerintah Siprus untuk mengumpulkan miliaran Euro yang dibutuhkan untuk mendukung bailout internasional. Jika tidak, negara kepulauan itu akan menghadapi runtuhnya sistem keuangan yang bisa mendorongnya keluar dari zona mata uang Euro.
Dalam masa kritis itu, pemerintah Siprus mencari alternatif dengan mengajukan aturan kontrol modal untuk membendung penarikan dana dari bank. Sementara, bank di Siprus telah ditutup pada pekan ini.
Parlemen setempat mulai membahas sejumlah kebijakan pada Jumat (22/3) ini. Mereka mencari rencana cadangan untuk mengumpulkan 5,8 miliar Euro yang diminta Uni Eropa (EU). Yaitu, untuk melancarkan dana bailout sebesar 10 miliar Euro dari EU dan IMF.
Bank Sentral Eropa mengatakan akan memotong likuiditas kepada bank Siprus tanpa kesepakatan. Pejabat EU mengatakan telah bersiap untuk mendepak Siprus dari zona Euro untuk menghindari dampak perluasan memburuknya ekonomi di Eropa.
Akibat penutupan bank di Siprus, warga setempat berdemo dan antrean di ATM tidak dapat dihindarkan. "Kami memiliki anak-anak yang belajar di luar negeri, dan bulan depan kita perlu mengirimkan mereka uang," ujar pengunjuk rasa, Stalou Christodoulido.