REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Gelontoran dana segar telah menjadi jalan pintas bagi sebagian klub Eropa untuk meraih prestasi. Chelsea menjadi bukti paling nyata bagaimana uang mampu membeli sederet trofi. Namun, agaknya fenomena tersebut tidak bisa digeneralisasi.
Tony Fernandes menggelontorkan puluhan juta poundsterling seusai Queens Park Rangers selamat dari ancaman degradasi musim lalu. Bos QPR asal Malaysia itu mendatangkan nama-nama besar untuk mengangkat performa tim pada musim berikutnya.
Tak tanggung-tanggung, Fernandes memboyong tiga punggawa juara Liga Champions ke Loftus Road. Park Ji-sung yang merengkuh trofi Liga Champions edisi 2007/2008 direkrut dari Manchester United, kiper Julio Cesar (juara 2009/ - 2010) diboyong dari Inter Milan, lalu ada Jose Bosingwa yang baru dinobatkan sebagai juara Eropa musim sebelumnya bersama Chelsea.
Manajemen QPR memang enggan mengungkap berapa dana yang dikeluarkan untuk ketiga bintang tersebut. Namun, dampak yang langsung terlihat jelas adalah membengkaknya anggaran gaji pemain. Pengeluaran gaji pemain QPR meroket dari 27,6 juta poundsterling (sekitar Rp 345 miliar) menjadi 56 juta poundsterling (sekitar Rp 701 miliar) per musim.
Kedatangan tiga pemain juara dan sejumlah bintang muda rupanya belum cukup membawa perbaikan. Pasukan the Hoops tak mampu memetik satu kemenangan pun dalam tiga bulan pertama berjalannya musim. Fernandes lantas mendatangkan pelatih kawakan Harry Redknapp untuk menggantikan Mark Hughes.
Belum cukup puas, Fernandes kembali meng gelontorkan 20 juta poundsterling (sekitar Rp 250 miliar) untuk belanja pemain pada bursa transfer musim dingin lalu. QPR memboyong dua pemain yang tengah naik daun, Loic Remy dari Marseille dan Christopher Samba dari Anzhi Makhachkala. Masih ditambah Jermaine Jenas dari Tottenham Hotspur. Samba dan Remy disebut mendapat bayaran besar masing-masing 100 ri bu poundsterlling (sekitar Rp 1,25 miliar) dan 75 ribu poundsterling (sekitar Rp 940 juta) per pekan.
Lagi-lagi, manuver Fernandes di pasar pemain belum mendatangkan hasil sesuai harapan. Anak asuh Redknapp hanya menang tiga kali sepanjang tahun 2013. Alhasil, QPR tak beranjak dari posisi buncit di dasar klasemen dengan koleksi 23 poin hingga pekan ke-30.
Dengan puluhan juta poundsterling yang telah dihabiskan, manajemen QPR punya harapan tinggi untuk terus bertahan di kasta tertinggi sepak bola Inggris. Redknapp dihadapkan pada tugas berat untuk mewujudkan harapan tersebut dalam delapan pertandingan tersisa.