REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Petani cabai berharap bantuan benih dari pemerintah untuk penanaman berikutnya. Selain itu, petani masih membutuhkan mesin pompa untuk menghadapi musim kemarau pada Juni mendatang.
Persiapan ini dibutuhkan agar hasil panen berikutnya cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Cuaca ekstrem membuat produksi cabai menurun. Dalam kondisi normal, satu hektare (ha) lahan mampu menghasilkan cabai sebanyak 10 ton.
Kini petani hanya mampu memroduksi sekitar 5 ton untuk satu ha lahan. Serangan hama penyakit pun ikut menurunkan produktifitas petani. "Produksi hanya separuhnya," ujar petani cabai di Cianjur, Dadi Sudiana.
Penurunan produksi cabai diikuti dengan kenaikan harga. Dadi mengatakan para pedagang tahu persis kapan harga cabai bisa dijual tinggi, yaitu saat produksi tidak banyak. Meski merupakan siklus tahunan, produksi cabai tahun ini lebih merosot dibandingkan tahun lalu.
Jenis cabai yang mengalami kenaikan harga paling tinggi yaitu cabai rawit. Di tingkat petani, cabai rawit harganya Rp 10-20 ribu per kg. Di tingkat konsumen, harga cabai sempat menyentuh Rp 45 ribu per kg.
Untuk jenis cabai besar dan cabai keriting, harga masih di kisaran Rp 12 ribu per kg. "Harusnya bulan Maret harga turun karena panen raya. Kenyataannya harga cabai naik," ujar Dadi.