REPUBLIKA.CO.ID,BUKITTINGGI--Tanggal 3 Juli ditetapkan sebagai Hari Sastra Indonesia. Maklumat Hari Sastra disampaikan para sastrawan Indonesia di Bukittinggi, Ahad (24/3).
Penggagas Hari Sastra Taufik Ismail mengatakan penetapan itu diantaranya dimaksudkan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap karya sastra Indonesia. Selain itu untuk memupuk silaturahmi dan kreativitas antarsastrawan.
"Hingga saat ini belum ada hari sastra Indonesia untuk mengenang karya dan jasa sastrawan," kata Taufik Ismail saat memberikan sambutan acara Maklumat Sastra Indonesia di SMA 2 Bukittinggi, Sumatera Barat.
Taufik mengatakan tanggal 3 Juli dipilih sebagai Hari Sastra Indonesia mengacu pada hari lahir sastrawan besar Abdul Muis. Sastrawan yg lahir 3 Juli 1883 di Bukittinggi itu adalah penulis novel Salah Asuhan (1928) dan Pertemuan Jodoh (1933). Abdul Moeis adalah juga Pahlawan Kemerdekaan yang pertama.
Menurut Irman, kesusastraan bisa menjadi salah satu pilar penting dalam membangun karakter bangsa. Juga dapat menjadi unsur yang menentukan dalam pendidikan karakter bagi generasi muda Indonesia agar dapat tumbuh dengan jati diri dan nilai-nilai keindonesiaan kita sendiri.
"Ke depan kita sangat mengharapkan pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan agar dapat memasukkan pelajaran kesusastraan dan apresiasi sastra sebagai bagian wajib dari kurikulum pendidikan di sekolah2. Bukan pelajaran sambil lalu atau sekedar bagian saja dari pelajaran Bahasa Indonesia seperti yang terjadi selama ini."
Acara Maklumat Hari Sastra Indonesia dihadiri sejumlah sastrawan dan tokoh-tokoh daerah dan nasional. Tempat penyelenggaraan SMA 2 sudah berdiri sejak 1873 dan pernah menjadi gudang lahirnya sastrawan nasional.