REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kerusuhan anti-Muslim menyebar di tiga kota di Myanmar yang penduduknya mayoritas Buddha. Massa menghancurkan masjid dan membakar puluhan rumah.
Presiden Thein Sein mengumumkan kondisi darurat di Myanmar tengah, Jumat dan menurunkan tentara di kota yang paling parah terkena dampak, Meikhtila. Di kota itu sebanyak 32 orang terbunuh. Sedangkan 10 ribu orang lainnya yang mayoritas Muslim mengungsi.
Meski sudah ada petugas keamanan, kerusuhan telah menyebar ke kota di selatan, Naypyitaw. Warga Muslim Tatkone yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Meikhtila saat dihubungi mengatakan sekitar 20 pria merusak Masjid Ahad malam.
Mereka melempari batu dan menghancurkan jendela sebelum akhirnya dibubarkan tentara. Warga tersebut percaya sekelompok pria itu bukan dari Tatkone.
Sehari sebelumnya, televisi pemerintah melaporkan sebuah masjid dan 50 rumah di Yamethin dihancurkan. Masjid lain dan sejumlah bangunan di Lewei juga dihancurkan pada hari yang sama. Belum jelas apa yang menjadi penyebab aksi kekerasan tersebut.
Kerusuhan sektarian membayang-bayangi pemerintahan Thein Sein di tengah upaya membangun demokrasi. Kerusuhan serupa terjadi tahun lalu antara umat Budha Rakhine dan Muslim Rohingya.
Muslim menempati empat persen dari total penduduk Myanmar 60 juta jiwa. Sekitar sepertiga dari populasi terdiri dari suku etnik minoritas. Rasisme juga memperparah kondisi masyarakat di Myanmar. Kebanyakan Muslim di Myanmar berasal dari Asia Selatan yang bermigrasi dari India dan Bangladesh ke Myanmar beberapa abad lalu.