REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih pada Selasa (26/3) mengatakan bahwa NATO tidak akan memberikan persenjataan peluru kendali Patriot untuk melindungi benteng-benteng oposisi di Suriah, menyusul adanya permintaan dari pemimpin oposisi Ahmed Moaz al-Khatib.
Khatib meminta perluasan payung bantuan perlindungan melalui penempatan Patriot di perbatasan Turki, yang dirancang untuk menyergap peluru kendali yang ditembakkan dari pihak Suriah. Permintaan itu disampaikan Khatib ketika mengikuti pertemuan tingkat tinggi Liga Arab di Doha.
"Kami mengetahui ada permintaan tersebut," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney, seperti dilansir dari AFP, Rabu (27/3). "Untuk saat ini, NATO tidak berniat melakukan campur tangan secara militer di Suriah. Menurut saya, persenjataan rudal Patriot akan diartikan sebagai bantuan militer," kata Carney.
Ia menambahkan persenjataan anti-rudal Patriot yang ada di Turki ditujukan hanya untuk kepentingan pertahanan. Namun, Carney mengatakan bahwa Gedung Putih secara terus menerus meninjau kebijakan-kebijakannya di Suriah. Peninjauan itu telah menghasilkan keputusan bagi Washington untuk menyediakan bantuan kemanusiaan senilai jutaan dolar namun memutuskan untuk tidak memberikan bantuan militer.
Pemimpin Koalisi Nasional Suriah Khatib mengatakan di Doha bahwa ia telah meminta Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, untuk memberikan perlindungan berupa peluru kendali Patriot yang mencakup Suriah bagian utara. "Kami masih menunggu keputusan dari NATO menyangkut hal ini," kata Khatib di pertemuan tingkat tinggi itu.