REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Satu masjid dan beberapa rumah di Myanmar hangus dibakar sekelompok massa, Rabu (27/3).
Sedikitnya 40 orang tewas dalam aksi kekerasan terbaru antarmasyarakat di Myanmar, sepekan setelah bentrokan antara warga Buddha dan Muslim meletus yang membuat satu masjid dibakar di Kota Nattalin, kota berjarak 150 kilometer utara kota bisnis Yangon.
Seorang penduduk Nattalin mengatakan polisi dikerahkan ketika satu kelompok massa tiba di kota itu dan membakar masjid sebelum akhirnya pergi. "Sekitar 200 warga desa datang ke kota itu Selasa (26/3) malam. Tetapi polisi tidak dapat mengendalikan massa, mereka menghancurkan masjid dan beberapa rumah. Kemudian setelah itu mereka pergi," kata penduduk itu kepada AFP.
Kejadian itu membuat pemerintah setempat memberlakukan jam malam. Kebijakan itu menjadi upaya pemerintah untuk menghentikan aksi kekerasan yang melandan Kota Meiktila, kota berjarak 130 kilometer di utara Ibu Kota Naypyidaw.
Sejak kerusuhan menjalar semakin dekat ke Kota Yangon, Amerika Serikat memperingatkan para warganya agar tidak melakukan perjalanan ke daerah-daerah di negara itu.
Bentrokan-bentrokan itu menjadi satu peringatan ketegangan yang terjadi antara warga Muslim dan Buddha. Bentrokan itu menjadi tantangan bagi Pemerintah Myanmar yang sedang melakukan reformasi negara itu setelah puluhan tahun di bawah pemerintah militer bertangan besi yang berakhir dua tahun lalu.
Vijay Nambiar, utusan khusus PBB untuk Myanmar yang belum lama ini mengunjungi Meiktila mengemukakan rumah-rumah warga Muslim jadi sasaran serangan. Pernyataannya didukung para saksi mata di daerah yang dilanda kerusuhan, yang mengatakan aksi kekerasan itu tampaknya terorganisasi.
Bentrokan-bentrokan dimulai 20 Maret, agaknya dipicu satu pertengkaran di sebuah toko emas di Meiktila yang meningkat menjadi aksi kekerasan di mana masjid-masjid dibakar, rumah-rumah dirusak dan dihancurkan dan mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan.
Sejak itu puluhan orang ditahan sehubungan dengan aksi kekerasan itu, di mana perusuh bersenjata--termasuk para biksu Buddha-- berkeliaran di jalan-jalan Meiktila, mengancam para wartawan.
Peristiwa itu adalah kerusuhan sektarian terburuk sejak aksi kekerasan antara warga Buddha dan Muslim di negara bagian Rakhine tahun lalu yang menewaskan paling tidak 180 orang dan lebih dari 110.000 orang mengungsi.