REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi, membantah isu kudeta di tingkat pimpinan. Menurutnya, yang terjadi bukan kudeta, melainkan perbedaan pendapat.
"Saya sebagai staf tidak melihat ada kudeta dan friksi-friksi, perbedaan pendapat yang agak kental," kata dia di Jakarta, Kamis (28/3).
Menurutnya, perbedaan pendapat itu terkait gelar perkara kasus. Namun Budi enggan menjelaskan apa kasus yang menyebabkan terjadi perbedaan pendapat yang kental tersebut. "Perbedaan pendapat dalam konteks ekspos kasus. Ini saya lihat sebagai staf," tambahnya.
Menurut dia, seluruh pegawai KPK prihatin dengan kondisi komisi antikorupsi itu sekarang. Karena terjadi fitnah pada pribadi orang di KPK. "Pegawai KPK prihatin, ya. Sehingga fokus kami dalam memberantas korupsi terganggu," katanya.
Sebelumnya Ketua KPK Abraham Samad menyatakan, kasus kebocoran yang ternyata juga berujung pada penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka itu adalah rekayasa yang sengaja diciptakan. Samad menudingnya sebagai pelaku pembocoran sprindik itu. "Kebocoran sprindik adalah skenario untuk menjatuhkan dan membungkam saya dari KPK," kata dia, dalam pesan singkatnya, Rabu (27/3).
Dia mengklaim, kudeta yang dilakukan oknum itu lebih kepada atas apa yang telah dilakukannya di KPK. "Karena selama ini saya sangat kencang dan lantang membongkar kasus kasus korupsi besar," klaimnya.