REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Soraya Khoirunnisa Halim
Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah kenikmatan (sementara) dan sebaik-baik kenikmatannya adalah wanita shalihah” (HR. Muslim). Diantara kenikmatan adalah keindahan. Dan permata dapat dijadikan simbol keindahan yang tertinggi. Maka dalam hal ini wanita diibaratkan sebagai permata.
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa pada dasarnya setiap wanita memiliki potensi yang luar biasa. Setiap wanita memiliki kesempatan untuk menjadi permata dunia. Namun, banyak yang salah kaprah menginterpretasikan maksud dari “permata dunia” yang sesungguhnya. Tidak dapat disangkal bahwa wanita adalah keindahan. Mungkin mayoritas menyadari akan keindahan itu.
Namun hanya minoritas yang mengerti bagaimana menjaga keindahan yang dimiliki wanita. Sehingga, banyak permata yang tercuri keindahan dan kemuliaannya, tetapi si pemilik tidak merasa. Bahkan cenderung sengaja mengeksploitasi keindahannya. (Menemukan Permata yang Hilang : 6).
Hadis di atas menjelaskan bagaimana wanita dapat menduduki posisi yang terhormat “sebaik-baik perhiasan dunia”. Yaitu dengan menjadi wanita salehah. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana menjadi wanita salehah?
Marilah merenungi QS. An-Nisa : 34.”Maka wanita salehah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.”
Dari Ayat tersebut terdapat dua unsur menjadi wanita salehah. Pertama adalah taat kepada Allah. Implementasi daripada ketaatan kepada Allah dapat terlihat dari sejauh mana seorang wanita menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Wanita yang salehah akan berusaha memahami apa yang diperintahkan Allah kemudian menjalankannya. Sekaligus memahami apa yang menjadi larangan Allah dan kemudian menjauhinya.
Kedua adalah memelihara diri. Dalam beberapa kajian kitab tafsir, memelihara diri ini terkait dengan memelihara atau menjaga kehormatan diri dan harta suami ketika suami tidak ada. Dalam konteks wanita sebagai “permata” yang memiliki potensi untuk memancarkan keindahan, maka memelihara diri dalam ayat ini dapat dimaksudkan memelihara dan menjaga kemuliaan “permata” yang terdapat pada diri wanita. Menjaga pergaulan dan menutup aurat sebagaimana yang telah diperintahkan Allah dalam QS. An-Nur : 31. Sehingga permata yang dimiliki wanita betul terjaga keindahannya.
Sebuah permata yang sangat mahal harganya tidak akan begitu saja diletakkan di etalase. Seperti aksesoris perhiasan yang memang sengaja dipajang. Sehingga siapapun yang ingin melihat dapat melihat sesukanya. Siapapun bisa memilih, menyentuh lalu kemudian mengembalikannya lagi jika ternyata tidak sesuai dengan selera.
Namun, permata yang sangat mahal akan diletakkan pada brankas besi yang terjaga dengan sistem keamanan kelas tinggi. Tidak sembarang orang dapat melihat. Apalagi menyentuhnya. Hanya orang yang memiliki kemampuan finansial dan kesiapan yang prima sajalah yang dapat memiliki permata tersebut.
Begitulah perumpamaan sederhana dari wanita yang tidak menghormati dan menghargai “keindahannya” dengan wanita yang sadar akan keindahan yang ada dalam dirinya, lalu kemudian betul-betul menjaganya sehingga menjelma menjadi permata dunia.
Semoga para wanita dapat menjadi permata dunia yang bersinar mahal lagi menyejukkan. Bukan permata yang hilang sinarnya. Dan para laki-laki dapat bijaksana memilih wanita salehah sebagai pendampingnya, sehingga dia mendapatkan sebaik-baik kenikmatan dunia ini. Permata dunia.