REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kemarau, yang telah berlangsung sejak Oktober lalu, saat ini telah mempengaruhi 23,7 juta orang yang tinggal di Provinsi Yunnan, Gansu, dan Sichuan, Cina. Akibat kemarau ini, terjadi kerugian ekonomi lebih dari 1,1 miliar dolar AS, kata pemerintah urusan sipil.
Komisi Pengurangan Bencana Nasional (NDRC) dan Kementerian Urusan Masyarakat menggagas reaksi darurat terhadap kemarau pada Kamis (28/3). Menurut laporan Xinhua, Jumat (29/3), mereka mengirim beberapa tim kerja untuk membantu meringankan dampak bencana.
NDRC juga telah mengatur pertemuan guna menganalisis penyebab kemarau dan merancang tindakan untuk meringankan penderitaan warga. Pemerintah menyatakan kemarau tersebut mungkin masih berlangsung, sebab hujan lebat diperkirakan baru akan turun pada April.