Sabtu 30 Mar 2013 11:20 WIB

SBY Jadi Ketum Demokrat, Pengamat: Penyelamat Jangka Pendek

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengamat politik dari Bali Nyoman Wiratmaja menilai jika Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi ketua umum, hal itu hanya menjadi penyelamat jangka pendek bagi partainya.

"Di tengah kondisi Demokrat yang belum menemukan kader yang menonjol, saya rasa ini langkah tepat," katanya yang juga akademisi di Universitas Warmadewa, di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, di tengah kondisi Demokrat yang dilanda krisis seperti sekarang, sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai memiliki kemampuan untuk mengelola konflik dan dapat diterima oleh berbagai kalangan.
"Sistem politik di negara kita memang rata-rata masih menganut bias politik tradisional, sehingga tidak bisa dihindari adanya pengkultusan individu seperti halnya SBY bagi Partai Demokrat," ujarnya.
Di sisi lain, fenomena politik di Tanah Air, tak jarang pejabat publik masih tidak bisa melepaskan diri dari kepentingan politik. Akibatnya sudah menjadi pejabat publik, tetapi juga memegang pimpinan puncak parpol.
"Kondisi demikian sesungguhnya tidak baik bagi partai sendiri dan juga dari sisi kepentingan rakyat," ucapnya yang sering menjadi pembicara dalam berbagai seminar politik itu.
Oleh karena itu, ujar dia, jikapun SBY akhirnya menerima dukungan untuk menjadi Ketua Umum dalam Kongres Luar Biasa, hendaknya proses pemilihan ketua umum melalui jalur kongres normal tidak dilaksanakan dengan jeda yang lama.
"Untuk kepentingan jangka panjang bagi Demokrat, pengkultusan SBY ini berdampak tidak baik. Hal itu tidak bagus bagi kaderisasi dan mematikan figur-figur kader yang berkualitas," katanya.
Wiratmaja berpandangan, untuk menjadikan Demokrat sebagai partai politik yang benar-benar berkualitas, maka proses kali ini harus dijadikan proses pembelajaran yang berharga.
"Parpol harusnya dapat menjadi jembatan yang kuat bagi kepentingan rakyat dan pekerja-pekerja politik mesti benar-benar kuat untuk melahirkan calon-calon pemimpin yang andal," katanya.
Ia menambahkan, kalau pengkultusan tetap saja mentradisi, maka Demokrat dan juga parpol lain di Tanah Air yang menerapkan sistem serupa mesti bersiap-siap goyah dan hancur ketika yang dikultuskan itu sudah tidak ada lagi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement